Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agnes Setyowati
Akademisi

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

Humor: Antara Tawa, Kritik, dan Resistensi Kekuasaan

Kompas.com - 26/04/2022, 10:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HUMOR sangat dekat dengan keseharian dan digemari masyarakat karena 'efek' sampingnya yang bisa membuat kita bahagia, tertawa terpingkal-pingkal, dan membawa kita keluar sejenak dari sekelumit permasalahan hidup yang membuat kita pusing.

Di Indonesia, humor juga telah menjadi bagian dari kesenian rakyat, seperti ludruk, ketoprak, lenong, wayang kulit, wayang golek, dan sebagainya (Rahmanadji dalam artikel "Sejarah, Teori, Jenis, dan Fungsi Humor").

Dalam konteks modern, beberapa nama grup komedian tidak asing di telinga kita seperti Warkop DKI, Bagito, Srimulat, Patrio, Empat Sekawan, dan beberapa tokoh kartun lokal seperti Doyok, Benny dan Mice, dan masih banyak lagi.

Baca juga: Humor Tidak Selalu Lucu

Sebagai bagian dari budaya populer, setidaknya dalam 17 tahun terakhir humor dijadikan ajang kompetisi di acara televisi dan telah melahirkan banyak wajah komedian atau komika baru yang siap menghibur masyarakat dengan kekhasannya masing-masing.

Kemustahilan "mendefinisikan" humor

Mendefinisikan humor ke dalam pengertian yang tunggal adalah pekerjaan mustahil karena humor memiliki ragam arti dan fungsi yang berbeda-beda. Oleh sebab itu tulisan ini akan merujuk beberapa konsep relevan tanpa bermaksud mereduksi kompleksitas maknanya.

Humor sudah ada sejak ribuan tahun lalu ketika manusia mengenal bahasa (mungkin lebih tua dari itu), dan secara asal-usul humor berasal dari kata Latin umor yang bermakna 'cairan'.

Sejak 400 tahun SM, orang Yunani Kuno percaya bahwa suasana hati manusia ditentukan oleh empat jenis cairan di dalam tubuh mereka, antara lain darah (sanguis), lendir (phlegm), empedu kuning (choler), dan empedu hitam (melancholy).

Setiap cairan tersebut memiliki karakteristik tertentu yang sangat mempengaruhi suasana hati manusia dan kadarnya harus seimbang karena kelebihan salah satu di antaranya akan membawa manusia pada suasana hati tertentu (Manser, 1989).

Dikutip dari kamus Cambridge, humor diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dipikirkan, dan memiliki kemampuan untuk membuat orang tertawa. Sedangkan menurut Kuiper humor merupakan stimulus yang dapat memicu tawa pada individu seperti lelucon, cerita lucu, gambar/kartun lucu, situasi memalukan, dan yang membantu individu untuk tertawa dan merasa bahagia (Ripoll dalam Afriani, 2015).

Humor sebagai strategi komunikasi

Sejak dulu, humor kerap digunakan sebagai strategi penyampaian pesan tertentu oleh penggunanya, misalnya saja dalam konteks pewayangan seperti Punakawan humor digunakan untuk menyampaikan pesan mendidik dan bijak dalam tradisi budaya Jawa (Hendarto, 1990).

Beberapa tokoh menggunakan humor untuk meraih simpati publik dalam kontestasi politik, seperti komedian Volodymyr Zelensky yang sekarang menjabat sebagai Presiden Ukraina dan Marcus Tullius Cicero, seorang politisi dan konsul Romawi Kuno (setara presiden) yang tercatat sering memenangkan perkara politik dengan menggunakan humor.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memberi isyarat saat berbicara kepada media selama konferensi pers di Kyiv, Ukraina, Jumat, 26 November 2021. KANTOR KEPRESIDENAN UKRAINA via AP Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memberi isyarat saat berbicara kepada media selama konferensi pers di Kyiv, Ukraina, Jumat, 26 November 2021.

Menurut Cicero, humor secara potensial mampu meruntuhkan batas antara seorang orator dan komedian, dan jika digunakan dengan kadar yang tepat dan bijak di hadapan publik, humor bisa memenangkan kuasa sosial hingga politik.

Dalam konteks saat ini, adaptasi humor semakin relevan digunakan sebagai strategi komunikasi, mulai dari pemuka agama, politisi, content creator, pejabat negara, dosen, hingga kepala negara yang merasa tidak ragu untuk menggunakan humor ketika berkomunikasi dengan khalayak.

Ada kritik sosial di balik humor

Humor merupakan situs ideal untuk melihat dominasi ideologi tertentu melalui ketidaksesuaian dan ini bisa dijelaskan dengan teori inkongruen (incongruity theory) yang menurut Oxford Online Dictionary of English, berarti ‘tidak selaras’ dengan lingkungan atau aspek lain dari sesuatu sehingga apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataannya, sehingga semakin tidak terduga, maka akan semakin lucu humornya (Morreall, 1987).

Contohnya, sebagian masyarakat kita akan tertawa terpingkal-pingkal melihat perempuan bertubuh gemuk mengenakan baju super ketat yang menonjolkan lemak tubuhnya atau melihat laki-laki “maskulin” mengenakan daster.

Baca juga: Humor Cerdas Gus Dur Terkenal hingga ke Jerman

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com