Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agnes Setyowati
Akademisi

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

Humor: Antara Tawa, Kritik, dan Resistensi Kekuasaan

Kompas.com - 26/04/2022, 10:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tindakan menertawakan (laughing at) ini dapat dibaca sebagai bentuk pelanggaran sekaligus pengukuhan terhadap budaya dan ideologi patriarki yang mengharuskan perempuan memiliki bentuk tubuh langsing 'ideal' yang sesuai dengan standar kecantikan tertentu, sedangkan laki-laki yang mengenakan daster tadi dianggap melanggar konsep "maskulinitas", atau dengan kata lain prinsip yang dilanggar akan beresiko ditertawakan oleh masyarakat.

Humor hadir sebagai bentuk resistensi kekuasaan

Di sisi lain, humor juga dapat berfungsi sebagai sarana kritik 'ideal'. Menurut Sujoko (1982), strategi ini cocok digunakan di Indonesia karena sesuai dengan kepribadian tradisional bangsa kita yang tidak suka dikritik secara langsung.

James Danandjaya (dalam Suhadi, 1989) mengatakan bahwa humor dapat berfungsi sebagai sarana penyalur perasaan yang menekan diri seseorang yang disebabkan oleh represi atau dominasi kekuasaan, ketidakadilan sosial, persaingan politik, ekonomi, suku bangsa atau golongan, dan kekangan dalam kebebasan gerak, seks, atau kebebasan mengeluarkan pendapat.

Jika ada muncul represi dan tekanan dari kelompok penguasa, humor biasanya hadir sebagai bentuk resistensi dari tekanan tersebut.

Di rezim Orde Baru yang represif dan anti-kritik, humor kerap dimanfaatkan oleh pengkritik sebagai bentuk resistensi secara halus terhadap dominasi kekuasaan karena mengkritik pemerintah secara langsung kerap berakhir bencana.

Hal ini pernah dilakukan oleh Warkop DKI yang guyonannya sering menyentil lanskap sosial-politik di Orde Baru yang pada saat itu berupaya mencengkram segala lini, termasuk indoktrinasi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) di lingkungan kampus.

Kondisi sosial-politik ini direspon secara jenaka oleh Warkop DKI melalui lelucon mereka yang sesungguhnya adalah kritik terhadap dominasi Orde Baru. Mereka kerap melontarkan guyonan tentang militerisasi kampus, pemaksaan P4 di lingkungan kampus, urbanisasi, maraknya gelar sarjana lulusan luar negeri, program keluarga berencana (KB), dan lain-lain.

Baca juga: Humor Politik dan Politik Humor ala Anies Baswedan dan Kiky Saputri

Di era kebebasan berpendapat humor semakin mendapatkan momennya, saat ini banyak komika yang bermunculan di televisi maupun media sosial untuk menyuarakan kritik terhadap pemerintah atau pejabat publik secara langsung, salah satunya adalah komika Kiky Saputri yang kerap melakukan roasting (bentuk komedi yang melibatkan ejekan) kepada pejabat secara live seperti kepada Sandiaga Uno, Erick Thohir, dan Fadli Zon.

Sudah saatnya humor dianggap 'serius"

Uraian di atas menjelaskan bahwa humor bukan hanya sebatas lelucon yang mengundang tawa, tetapi wahana yang menyimpan beban makna yang mencerminkan realitas sosial sehingga menurut penulis sekaligus akademisi Seno Gumira Ajidarma sudah saatnya humor mendapatkan perhatian khusus dari para insan kampus.

Pengagas Lembaga Kajian Humor Institut Humor Indonesia Kini (IHIK3) itu juga menambahkan bahwa ilmu pengetahuan wajib untuk memeriksa segala hal yang digemari secara massal sebagai suatu fenomena dan gejala sosial budaya, dan menurut dia humor masuk dalam kategori tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Tren
8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

Tren
400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

Tren
Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Tren
'Whistleblower' Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

"Whistleblower" Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

Tren
9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

Tren
Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Tren
Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Tren
Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Tren
Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Tren
Dampak Badai Matahari 2024, Ada Aurora dan Gangguan Sinyal Kecil

Dampak Badai Matahari 2024, Ada Aurora dan Gangguan Sinyal Kecil

Tren
Penelitian Ungkap Lari Bisa Menyembuhkan Patah Hati, Berapa Durasinya?

Penelitian Ungkap Lari Bisa Menyembuhkan Patah Hati, Berapa Durasinya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com