Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Kajian Kelirumologis terhadap Kelirumologi

Kompas.com - 24/04/2022, 05:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SASARAN utama kajian kelirumologi adalah kekeliruan maka wajar apabila kelirumologi sendiri an sich sarat beban kekeliruan. Yang paling lazim adalah kekeliruan tafsir bahwa kelirumologi adalah ilmu membuat kekeliruan.

Kekeliruan tafsir ini absurd sebab untuk membuat kekeliruan manusia sama sekali tidak perlu ilmu.

Akibat mustahil ada manusia sempurna maka tanpa pendidikan keilmuan, secara naluriah manusia sudah dari sononya mampu membuat kekeliruan.

Maka definisi yang benar untuk sementara sampai dengan saat nanti ada definisi yang lebih benar alias lebih tidak keliru adalah cara berpikir yang mempelajari kekeliruan demi mencari kekeliruan.

Sebagai penggagas kelirumologi saya sendiri sempat keliru mendefinisikan kelirumologi sebagai cara berpikir yang mempelajari kekeliruan demi menemukan kebenaran.

Setelah babak belur akibat jatuh bangun gagal menemukan kebenaran maka saya tersadar bahwa kata “menemukan” itu keliru.

Mustahil manusia mampu menemukan kebenaran yang terlalu kompleks serta nisbi terkait keterbatasan daya tafsir otak manusia.

Kata “menemukan kebenaran” terkesan terlalu arogan sebab ilusif berkhayal manusia yang mustahil sempurna mampu menemukan kebenaran yang benar-benar benar.

Menyadari diri sekadar manusia biasa yang mustahil sempurna, maka sejak awal saya tidak berani mengklaim bahwa kelirumologi sendiri merupakan cara atau metode berpikir yang sempurna.

Sebagai sekadar metode berpikir gagasan manusia yang mustahil sempurna maka jelas bahwa kelirumologi an sich mustahil sempurna dalam kebenaran benar-benar benar yang pasti benar kecuali dogmatis dipaksakan sebagai benar.

Selipan mo di dalam kelirumologi itu saja sudah bisa diperdebatkan kebenarannya sampai mulut berhenti berbuih di akhir jaman.

Kebenaran selipan mo hanya bisa benar apabila dipaksakan secara sepihak oleh saya dengan memaksakan kekuasaan sebagai pihak penggagas.

Sama halnya dengan kemanusiaan, kasih-sayang, belarasa, waktu, seni, nalar, keberadaan pada hakikatnya kebenaran bukan konsepsual namun kontekstual maka mustahil lepas dari suasana nisbi melekat pada tafsir manusia yang mustahil lepas dari kekeliruan persepsional akibat distorsi penginderaan indera manusia yang memang tidak sempurna.

Contoh sederhana maka tak lekang dimakan jaman adalah dua garis vertikal yang de facto sama panjang langsung menjadi terkesan tidak sama panjang apabila garis yang satu pada kedua ujungnya diberi tanda V vertikal terbuka ke luar dan  garis yang satu lagi diberita tanda V tertutup ke dalam.

Suara peluit kereta api dari kejauhan terdengar beda dari suara peluit kerta api yang sama ketika mendekat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Ramai soal 'Review' Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Ramai soal "Review" Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Tren
6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

Tren
3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

Tren
Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Tren
Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Tren
Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com