Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Lanka Bangkrut karena Gagal Bayar Utang, Bisakah Terjadi pada Indonesia?

Kompas.com - 15/04/2022, 19:00 WIB
Taufieq Renaldi Arfiansyah,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Bandingkan dengan Indonesia yang memiliki bunga utang kisaran 6,7/6,8 persen.

"Lha iya lah mereka sudah matang dan bunga di Jepang cuman 0,2 persen.
Kalau di Indonesia nanti Jokowi selesai katakan 10.000 (trlliun rupiah) bunganya saja 700 persen itu hampir 700 trilliun, kan 6,7/6,8 bunga dari hutang kita," tegasnya.

"Di Jepang itu 0,2 jadi kalau di Jepang punya 10.000 trilliun utang itu cuman 14 trilliun," lanjutnya.

Didik juga menyayangkan perihal buzzer-buzzer yang ikut campur menjelaskan masalah utang daripada menteri-menteri terkait.

"Jadi itu yang dijadikan alasan oleh pemerintah dan itu tidak dijelaskan oleh humas, tapi buzzer-buzzer-nya saja yang menjelaskan. Orang melakukan kritik itu dihambat-hambat, melakukan check and balance dihambat," jelasnya.

Baca juga: Apa Dampak jika Pertalite, Solar, Elpiji, dan Listrik Naik? Ini Kata Ekonom

Harapan terhadap utang Indonesia

Didik menyarankan agar pemerintah meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 7 persen seperti janjinya dahulu.

Selain itu juga menurunkan kemiskinan, menurunkan pengangguran seperti sasaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

"Semua sasaran janji-janji undang-undang di RPJMN itu juga enggak ada yang tercapai kecuali inflasi dan itu kerjanya Bank Indonesia, cuman satu yang tercapai sebelum krisis," kata Didik.

Jadi menurut Didik, pemerintah  harus berhati-hati dengan kemungkinan yang sama seperti yang dialami oleh Sri Lanka.

Didik mencontohkan pada tahun 1998, rata-rata pertumbuhan ekonomi berada di angka 7 persen, sehingga Indonesia dipuji oleh seluruh dunia.

Akan tetapi, saat angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 7 persen, di tahun yang sama pula Indonesia mengalami krisis ekonomi.

"Jadi kesimpulannya itu hati-hati, kemungkinan seperti Sri Langka itu bisa terjadi dan pada waktu krisis 98 itu komplikasi sosial politik pertumbuhan ekonomi 7 persen, rata-rata 7 persen tapi ambles juga, karena menggampangkan dan dipuji-puji" pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com