KOMPAS.com - Pesawat Garuda Indonesia DC-9 Woyla dibajak oleh kelompok yang menyebut sebagai Komando Jihad pada 28 Maret 1981.
Pesawat dengan nomor penerbangan GA-206 rute Jakarta-Palembang-Medan itu dibajak hingga dipaksa menuju Bandara Don Mueang, Thailand.
Operasi Woyla adalah salah satu kisah sukses pasukan khusus Korps Baret Merah dalam membebaskan sandera dan melumpuhkan para pembajak pesawat.
Lantas, apa itu Kopassus?
Dalam perjalanannya, Korps Baret Merah mencatatkan sejarah panjang di balik pembentukannya sejak 1950.
Sejarah kelahiran Kopassus sebagai satuan tidak terlepas dari rangkaian bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Pada Juli 1950, timbul pemberontakan di Maluku oleh kelompok yang menamakan dirinya Republik Maluku Selatan (RMS).
Baca juga: Viral Ormas Kokam Disebut Berseragam Mirip Kopassus dan Bawa Senjata
Dilansir dari kopassus.mil.id, pimpinan Angkatan Perang RI saat itu segera mengarahkan pasukan untuk menumpas gerombolan tersebut.
Operasi ini dipimpin langsung oleh Panglima Tentara Teritorium III Kolonel AE Kawilarang, sementara Letkol Slamet Riyadi ditunjuk sebagai Komandan Operasi.
Operasi ini berhasil menumpas gerakan pemberontakan, tetapi tidak sedikit pula korban dari pihak TNI.
Baca juga: Operasi Kopassus Bebaskan Sandera Pembajakan Woyla di Thailand
Namun, setelah dikaji, ternyata dalam beberapa pertempuran, musuh dengan kekuatan yang relatif lebih kecil sering kali mampu menggagalkan serangan TNI yang kekuatannya jauh lebih besar.
Hal ini bukan karena semangat anggota pasukan musuh yang lebih tinggi atau perlengkapan yang lebih lengkap, tetapi taktik dan pengalaman tempur yang baik didukung kemampuan tembak tepat dan gerakan perorangan.
Peristiwa inilah yang akhirnya mengilhami Letkol Slamet Riyadi untuk memelopori pembentukan suatu satuan pemukul.
Baca juga: Dirgahayu Ke-69 Kopassus, Ini Sejarah Terbentuknya Komando Pasukan Khusus
Satuan tersebut diharapkan dapat digerakkan secara cepat dan tepat untuk menghadapi berbagai sasaran di medan yang bagaimana pun beratnya.