Meski begitu, MNA belum mendapat izin untuk melayani penumpang dan hanya diperbolehkan untuk pengantaran kargo untuk Indonesia bagian timur.
Baca juga: Perjalanan Panjang Merpati Airlines, Mengudara pada 1962, Sempat Mati Suri, dan Coba Bangkit Lagi...
Dikutip dari Kompas.com, Jumat (18/3/2022), Istaka Karya adalah perusahaan negara yang berkantor pusat di Graha Iskandarsyah, Jalan Iskandarsyah Raya Nomor 66, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Perusahaan ini berdiri sebagai perusahaan konstruksi konsorsium pada 1979 dengan nama PT Indonesian Consortium of Construction Industries (ICCI).
Tak lama setelah itu, Istaka Karya tergabung dalam BUMN dan berubah nama menjadi PT Istaka Karya (Persero).
Dalam tugasnya, PT Istaka Karya (Persero) menangani proyek-proyek di beberapa daerah, terutama proyek pemerintah.
Baca juga: Daftar BUMN yang Punya Bisnis Hotel
Sejumlah proyek yang sempat digarap Istaka Karya yakni reklamasi Bitung Manado, Plaza Batamindo, hingga kereta bandara YIA.
Istaka juga dikenal dengan beberapa proyek fly over di beberapa daerah.
Sebagai BUMN karya, nama Istaka Karya sendiri memang kurang populer. Dari sisi aset dan jumlah proyek, Istaka Karya jauh tertinggal dibandingkan BUMN konstruksi lainnya.
Istaka Karya juga mengalami kondisi sulit pada 2019 dan 2020.
Baca juga: 10 BUMN yang Miliki Bisnis Hotel, dari Pertamina hingga Krakatau Steel
Pada 2019 yang merupakan tahun politik membuat perusahaan susah mendapatkan proyek. Pasalnya, banyak tender proyek yang ditunda sampai pemilu berakhir.
Pada 2020 yang merupakan awal pandemi Covid-19 menyebabkan seluruh tatanan yang ada di Indonesia, baik itu bidang ekonomi maupun lainnya, jadi terdampak.
Memasuki 2021, serikat pekerja menyatakan bahwa perusahaan perlahan-lahan telah bangkit dari keterpurukan. Gaji pegawai yang tadinya sempat tertunggak sembilan bulan, juga sudah terbayarkan.
Baca juga: Sederet BUMN yang Punya Utang Segunung, dari Garuda hingga PLN
Dilansir dari Kompas.com (11/12/2019), PT Kertas Leces adalah salah satu BUMN yang bertugas memproduksi kertas di Indonesia.
Selama beroperasi, PT Kertas Leces menderita kerugian dan memiliki total tagihan sebesar Rp 2,124 triliun atas 431 kreditor.