Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Studi, Ini Gejala Long Covid yang Paling Banyak Dilaporkan

Kompas.com - 05/03/2022, 19:00 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak laporan menyebutkan, walaupun seseorang sudah sembuh dari Covid-19, namun mereka masih bisa merasakan gejala Covid dalam waktu lama.

Dilansir dari Reuters, Jumat (4/3/2022), dalam penelitian di Denmark disebutkan hampir sepertiga orang melaporkan setidaknya satu gejala yang menetap atau berkelanjutan antara 6-12 bulan setelah mereka terinfeksi Covid-19.

Studi berbasis kuesioner itu melibatkan 152.000 orang dan dilakukan oleh para peneliti dari Institut Serum Negara (SSI) Denmark.

Studi menunjukkan bahwa gejala jangka panjang yang paling sering dilaporkan adalah perubahan indera penciuman dan rasa, serta kelelahan.

Para peneliti melakukan penelitian ini sejak September 2020 hingga April 2021, jauh sebelum lonjakan varian Omicron terjadi.

Baca juga: Gejala Long Covid Nyata, Menyerang Otak hingga Paru-paru

Beberapa gejala long covid

Survei membandingkan respons 61.002 orang yang dites positif virus corona (6, 9, atau 12 bulan sebelumnya), dengan 91.878 orang yang dites negatif.

Hasilnya 29,6 persen responden yang dites positif melaporkan setidaknya satu gejala fisik yang berkelanjutan 6 hingga 12 bulan setelah infeksi, dibandingkan dengan 13 persen pada kelompok kontrol.

Lebih dari setengah (53,1 persen) dari mereka yang dites positif mengatakan mereka telah mengalami kelelahan mental atau fisik, masalah tidur, atau masalah kognitif dalam 6 sampai 12 bulan setelah infeksi.

Studi juga menunjukkan kecemasan dan depresi lebih umum terjadi di antara mereka yang memiliki riwayat infeksi SARS-CoV-2.

Baca juga: Efek Samping Sinopharm yang Resmi Jadi Regimen Vaksin Booster Covid-19

Risiko long covid di tengah kasus Omicron

Dilansir dari New Straits Times, Sabtu (5/3/2022), penulis studi Anders Peter Hviid, yang juga seorang profesor epidemiologi di SSI, mengatakan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa "ekor panjang" atau dampak jangka panjang Covid-19 harus dipertimbangkan oleh pembuat kebijakan.

"Ini adalah sesuatu yang harus Anda perhitungkan ketika Anda menimbang risiko dan manfaat dari intervensi yang Anda buat, dan vaksinasi," kata Hviid.

Perkiraan prevalensi apa yang dikenal sebagai long covid bervariasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut sindrom itu sebagai kondisi Post-Covid-19 dan mendefinisikannya sebagai gejala yang berkelanjutan.

Gejala long covid, menurut WHO, disebutkan berupa kelelahan dan sesak napas dan biasanya terjadi 3 bulan setelah infeksi awal dan berlangsung setidaknya 2 bulan.

WHO memperkirakan sekitar 10-20 persen orang akan mengalami hal tersebut. Menurut WHO diperlukan lebih banyak penelitian untuk untuk prognosis jangka panjang.

Sementara itu dosen di University of Exeter Medical School Inggris, David Strain, mengomentari penelitian tersebut dengan menyebut hasilnya "sangat memprihatinkan".

"Jika Omicron menyebabkan Covid yang lama pada tingkat yang sama seperti varian sebelumnya, kita bisa melihat krisis besar selama 12 bulan ke depan mengingat jumlah orang yang telah terpapar virus ini,” kata Strain.

Studi ini diterbitkan sebagai pra-cetak dan belum ditinjau oleh rekan sejawat.

Baca juga: Daftar 15 Provinsi yang Konsisten Mengalami Penurunan Kasus Harian Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com