Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Gangguan Kesehatan Mental Anak Naik Selama Pandemi, Ini Kata Psikolog

Kompas.com - 21/02/2022, 16:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

Sebaliknya, bagi anak-anak yang sudah terbiasa memanfaatkan ponsel sebagai media belajar, biasanya akan lebih mudah beradaptasi.

“Jadi gangguan itu tidak serta merta di masa pandemi, tetapi karena kurang adapatasi saja. Kan nanti bisa saja orang bilang pada masa hybrid, nanti orang akan bilang stes lagi enggak? Tentu,” jelasnya.

Christin Wibhowo menjelaskan, setiap perubahan yang terjadi dalam siklus kehidupan memiliki potensi memicu stres.

Dalam siklus perubahan, stres akan muncul ketika seseorang berpindah dari situasi yang nyaman ke situasi yang baru. Tanpa adaptasi, seseorang akan mengalami gangguan stres. Namun jika berhasil belajar untuk beradaptasi, seseorang akan masuk ke zona nyaman kembali.

“Stresnya itu stres yang bagus ya untuk beradaptasi, tapi kalau sampai ke gangguan mental saya kira tidak. Kalaupun iya berarti potensinya sudah ada gangguan. Bukan karena pandemi ini,” jelas Dr. Christin.

Baca juga: Menjaga Kesehatan Mental Anak Setelah Setahun Belajar dan Beraktivitas di Rumah

Peran keluarga sangat besar

Kestabilan emosi orang tua dalam menghadapi kondisi dan situasi pandemi akan berdampak langsung pada kesehatan mental anak-anaknya.

Beberapa kasus yang terjadi, anak-anak yang terkena gangguan kesehatan mental justru terpengaruh oleh orang tua atau kondisi keluarga yang sudah lebih dulu tidak sehat.

“Jadi supaya anak-anak tetap sehat mental, orang tuanya dulu harus sehat,” jelas Christin.

Bagi anak-anak, terutama yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar, dukungan orang tua baik berupa dukungan moral dan finansial sangat berperan penting dalam menjaga kesehatan mental mereka.

Selain menyediakan fasilitas yang memadai bagi perubahan rutinitas anak-anak di masa pandemi, orang tua juga sebaiknya berperan dalam memberikan solusi terkait permasalahan yang dialami anak-anak.

Christin Wibhowo mengimbuhkan, faktor paling utama dalam meningkatkan kebahagiaan anak dan mengurangi tingkat stress pada anak adalah dengan memberikan kasih sayang dan cinta kasih.

“Jadi kalau kita ingin anak-anak happy, orang tua harus happy karena happy itu diturunkan. Kalau situasinya menyenangkan tentu jadi happy,” kata Dr. Christin.

Kendati demikian, apabila situasi tidak mendukung seperti halnya pandemi seperti saat ini, maka alternatif untuk menumbuhkan rasa bahagia pada anak adalah dengan melakukan aktivitas. Misalnya dengan mengajak anak-anak untuk melakukan aktivitas bersama.

Baca juga: Penyintas Covid-19 Rawan Terkena Gangguan Kesehatan Mental, Begini Pencegahannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com