Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Subvarian Omicron BA.2, Menyebar di Eropa, Asia, dan Indonesia

Kompas.com - 02/02/2022, 06:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Varian virus corona Omicron yang disebut-sebut lebih menular memicu lonjakan kasus infeksi Covid-19 di sejumlah negara, termasuk Indonesia. 

Varian Omicron (BA.1) disebutkan menyumbang hampir semua infeksi virus corona secara global.

Di tengah-tengah lonjakan kasus Omicron, sejumlah ahli dan ilmuwan sekarang melacak peningkatan kasus yang disebabkan oleh sepupu dekat Omicron yang dikenal sebagai BA.2. 

Subvarian BA.2 ini disebutkan mulai mengungguli BA.1 di beberapa bagian Eropa dan Asia. Berikut ini adalah apa yang kita ketahui sejauh ini tentang subvarian baru.

Baca juga: Gejala Varian Omicron dan Kapan Harus Melakukan Tes Covid-19?

55 Kasus sudah terdeteksi di Indonesia

Kementerian Kesehatan telah mengonfirmasi adanya subvarian Omicron BA.2 di Indonesia.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, sudah ada 55 kasus terkait BA.2.

"Betul, sudah ada 55 yang terdeteksi," kata Nadia, Sabtu (29/1/2022).

98,8 persen kasus yang dilaporkan GISAID

Secara global, pada 25 Januari 2022, varian Omicron memberikan sumbangan sebesar 98,8 persen dari total kasus yang dilaporkan kepada Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).

GISAID adalah sebuah institusi yang diinisiasi Pemerintah Jerman dan LSM Internasional untuk mempelajari data genetika virus.

Sementara dilansir dari theguardian, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), baru-baru ini beberapa negara turut melaporkan peningkatan mutasi Omicron BA.2 di negaranya.

82 persen kasus di Denmark karena BA.2

Beberapa negara melaporkan adanya peningkatan kasus subvarian BA.2 di negaranya.

Trevor Bedford, seorang ahli virologi komputasi asal Fred Hutchinson Cancer Centre Amerika Serikat menuliskan dalam akun Twitternya (28/1/2022) bahwa BA.2 mewakili sekitar 82 persen kasus di Denmark, 9 persen di Inggris, dan 8 persen di Amerika Serikat.

Trevor melakukan analisisnya dengan mengurutkan data dari database milik GISAID dan penghitungan kasus dari proyek Our World in Data yang diselengarakan oleh Universitas Ofxord Inggris.

Baca juga: Ditemukan di 40 Negara, Subvarian Omicron BA.2 Lebih Berbahaya?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com