KOMPAS.com - Varian virus corona Omicron yang disebut-sebut lebih menular memicu lonjakan kasus infeksi Covid-19 di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Varian Omicron (BA.1) disebutkan menyumbang hampir semua infeksi virus corona secara global.
Di tengah-tengah lonjakan kasus Omicron, sejumlah ahli dan ilmuwan sekarang melacak peningkatan kasus yang disebabkan oleh sepupu dekat Omicron yang dikenal sebagai BA.2.
Subvarian BA.2 ini disebutkan mulai mengungguli BA.1 di beberapa bagian Eropa dan Asia. Berikut ini adalah apa yang kita ketahui sejauh ini tentang subvarian baru.
Baca juga: Gejala Varian Omicron dan Kapan Harus Melakukan Tes Covid-19?
Kementerian Kesehatan telah mengonfirmasi adanya subvarian Omicron BA.2 di Indonesia.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, sudah ada 55 kasus terkait BA.2.
"Betul, sudah ada 55 yang terdeteksi," kata Nadia, Sabtu (29/1/2022).
16 RIBU KASUS BARU!
Meningkat tajam dibanding kemarin, dan menjadi yang tertinggi sejak 26 Agustus 2021.
Kasus aktif bertambah belasan ribu, dan hari ini menembus 80 ribu. Kematian juga mendaki ke atas 20 jiwa. pic.twitter.com/35mib3bbu2
— perupadata (@perupadata) February 1, 2022
Secara global, pada 25 Januari 2022, varian Omicron memberikan sumbangan sebesar 98,8 persen dari total kasus yang dilaporkan kepada Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).
GISAID adalah sebuah institusi yang diinisiasi Pemerintah Jerman dan LSM Internasional untuk mempelajari data genetika virus.
Sementara dilansir dari theguardian, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), baru-baru ini beberapa negara turut melaporkan peningkatan mutasi Omicron BA.2 di negaranya.
Beberapa negara melaporkan adanya peningkatan kasus subvarian BA.2 di negaranya.
Trevor Bedford, seorang ahli virologi komputasi asal Fred Hutchinson Cancer Centre Amerika Serikat menuliskan dalam akun Twitternya (28/1/2022) bahwa BA.2 mewakili sekitar 82 persen kasus di Denmark, 9 persen di Inggris, dan 8 persen di Amerika Serikat.
We see that Omicron 21L is increasing in frequency in multiple countries with Denmark currently estimated at ~82%, the UK at ~9% and the US at ~8%. 8/15 pic.twitter.com/N8hcngTiOS
— Trevor Bedford (@trvrb) January 28, 2022
Trevor melakukan analisisnya dengan mengurutkan data dari database milik GISAID dan penghitungan kasus dari proyek Our World in Data yang diselengarakan oleh Universitas Ofxord Inggris.
Baca juga: Ditemukan di 40 Negara, Subvarian Omicron BA.2 Lebih Berbahaya?