Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Itu Subvarian Omicron BA.2, Menyebar di Eropa, Asia, dan Indonesia

KOMPAS.com - Varian virus corona Omicron yang disebut-sebut lebih menular memicu lonjakan kasus infeksi Covid-19 di sejumlah negara, termasuk Indonesia. 

Varian Omicron (BA.1) disebutkan menyumbang hampir semua infeksi virus corona secara global.

Di tengah-tengah lonjakan kasus Omicron, sejumlah ahli dan ilmuwan sekarang melacak peningkatan kasus yang disebabkan oleh sepupu dekat Omicron yang dikenal sebagai BA.2. 

Subvarian BA.2 ini disebutkan mulai mengungguli BA.1 di beberapa bagian Eropa dan Asia. Berikut ini adalah apa yang kita ketahui sejauh ini tentang subvarian baru.

55 Kasus sudah terdeteksi di Indonesia

Kementerian Kesehatan telah mengonfirmasi adanya subvarian Omicron BA.2 di Indonesia.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, sudah ada 55 kasus terkait BA.2.

"Betul, sudah ada 55 yang terdeteksi," kata Nadia, Sabtu (29/1/2022).

GISAID adalah sebuah institusi yang diinisiasi Pemerintah Jerman dan LSM Internasional untuk mempelajari data genetika virus.

Sementara dilansir dari theguardian, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), baru-baru ini beberapa negara turut melaporkan peningkatan mutasi Omicron BA.2 di negaranya.

82 persen kasus di Denmark karena BA.2

Beberapa negara melaporkan adanya peningkatan kasus subvarian BA.2 di negaranya.

Trevor Bedford, seorang ahli virologi komputasi asal Fred Hutchinson Cancer Centre Amerika Serikat menuliskan dalam akun Twitternya (28/1/2022) bahwa BA.2 mewakili sekitar 82 persen kasus di Denmark, 9 persen di Inggris, dan 8 persen di Amerika Serikat.


Dijuluki subvarian ‘siluman’

Varian Omicron lebih mudah untuk dilacak dibandingkan dengan varian sebelumnya. Ini dikarenakan BA.1 telah kehilangan satu dari tiga gen target yang digunakan dalam tes PCR umum.

Sementara itu, subvarian Omicron BA.2 tidak kehilangan gen target yang sama seperti ‘induknya’. Inilah alasan mengapa subvarian BA.2 dijuluki dengan siluman.

Meski begitu, para ilmuwan tetap melakukan pemantauan yang sama seperti varian sebelumnya, termasuk Delta, yaitu dengan melacak jumlah genom virus yang dikirimkan ke database publik seperti GISAID.

Sama halnya dengan varian virus corona lain, BA.2 dapat dideteksi melalui alat tes PCR umum. Meskipun alat tersebut tidak dapat menunjukkan secara jelas varian mana yang menginfeksi.

Lebih mudah menular?

Beberapa laporan awal menunjukkan kemungkinan penularan BA.2 yang lebih massif dibanding BA.1.

Namun, hingga saat ini, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa BA.2 lebih bisa menghindari perlindungan yang diberikan vaksin.

Berdasarkan data awal yang didapat, Pejabat Kesehatan Denmark memperkirakan bahwa BA.2 akan lebih menular daripada BA.1. Meski begitu, subvarian ini diprediksi tidak akan menimbulkan penyakit yang lebih parah.

Sementara itu, analisis awal pelacakan kontak yang dilakukan oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris (HSA) mulai dari 27 Desember 2021 hingga 11 Januari 2022 lalu, menunjukkan bahwa transmisi rumah tangga lebih tinggi di antara kontak orang yang terinfeksi BA.2, yakni sebanyak 13,4 persen berbanding dengan kasus Omicron lain yang sebanyak 10,3 persen.


Ahli penyakit menular asal Northwestern University Feinberg School of Medicine Chicago dr. Egon Ozer, menjelaskan bahwa seseorang yang pernah terinfeksi Omicron (BA.1) belum dapat dipastikan apakah akan kebal terhadap subvarian BA.2.

“Terlalu dini untuk mengetahui apakah itu akan terjadi,” kata Ozer. 

Namun kabar baiknya, lanjut Ozer, bahwa dosis pertama dan kedua vaksin serta booster (vaksin dosis ketiga) tetap dapat menghindari orang untuk rumah sakit dan mencegah orang meninggal.

Itulah beberapa fakta subvarian Omicron BA.2 yang disebut dengan subvarian ‘siluman’.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/02/02/060000365/apa-itu-subvarian-omicron-ba.2-menyebar-di-eropa-asia-dan-indonesia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke