Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baghdad, Kota Seribu Satu Malam dan Pusat Peradaban Dunia di Masa Lalu

Kompas.com - 01/02/2022, 20:05 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Baghdad merupakan kota terbesar di Irak dan menjadi salah satu perkotaan terpadat di Timur Tengah.

Membentang di sepanjang kedua tepi sungai Tigris, Baghdad menjadi salah satu kota paling subur di kawasannya.

Baghdad juga menjadi saksi kelahiran karya sastra Arab garda depan yang berjudul Alf Lailah wa Lailah atau Seribu Satu Malam.

Karenanya, Baghdad juga kerap dijuluki sebagai Kota Seribu Satu Malam.

Baca juga: Ketika Salju Turun di Kota Baghdad...

Sejarah berdirinya Kota Baghdad

Bukti arkeologis menunjukkan, daerah Baghdad telah diduduki oleh berbagai bangsa, jauh sebelum penaklukan Arab pada 673 M.

Namun, pendirian kota Baghdad yang sebenarnya terjadi pada 762 oleh khalifah kedua Dinasti Abbasiyah, yaitu Al-Mansur, mengutip The Guardian.

Sejarawan Arab abad ke-19 Yaqubi mengatakan, posisi Baghdad yang terletak di antara sungai Eufrat dan Tigris memberinya keuntungan dan potensi untuk menjadi "persimpangan dunia".

Tak heran jika pusat pemerintahan Islam saat itu berpindah dari Kuffah ke Baghdad.

Baca juga: Melihat Hagia Sophia dan Cerita Panjang Perjalanannya...

Pembangunan kota ini berada di bawah pengawasan ketat Al-Mansur.

Pada 30 Juli 762, ia memimpin upacara peletakkan batu pertama, tanda dimulainya proyek pembangunan.

Kota Baghdad dibangun di dalam tembok besar, dengan empat gerbang dan jalan utama yang menuju langsung ke pusat kota.

Baca juga: Sejarah Cappadocia, Saksi Bisu Kehidupan Era Byzantium

Berdiameter sekitar 2.700 meter, Baghdad saat itu lebih merupakan kompleks pemerintahan daripada kota tinggal dan memiliki tiga dinding konsentris.

Empat jalan lurus yang menuju pusat kota dari gerbang luar dipenuhi dengan bangunan berkubah yang berisi toko-toko pedagang dan pasar.

Ilmuwan Arab abad ke-9 Al-Jahiz menggambarkan kemegahan Baghdad dan tak henti-hentinya memuji kota itu.

"Saya telah melihat kota-kota besar, termasuk yang terkenal karena konstruksinya yang tahan lama. Saya telah melihat kota-kota seperti itu di distrik-distrik Suriah, di wilayah Bizantium dan di provinsi-provinsi lain, tetapi saya belum pernah melihat kota yang lebih tinggi, lingkaran yang lebih sempurna," kata Al-Jahiz.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com