Menurutnya, sudah menjadi tugas presiden dan jajarannya serta tim perumus untuk mampu menjelaskannya kepada masyarakat guna menepis polemik yang mungkin terjadi.
Baca juga: Benarkah Ibu Kota Baru Memindah Masalah Jakarta ke Kalimantan?
Rudi mengatakan, Nusantara sebenarnya berasal dari Bahasa Kawi. Yakni berasal dari kata Nusa dan Antara.
Di mana artinya adalah pulau-pulau yang terpisah atau pulau-pulau di luar (luar Pulau Jawa).
“Zaman kebangkitan nasional kan dimaknai ulang sebagai satuan wilayah yang mencakup kepulauan Hindia, utamanya pada saat itu ya wilayah Hindia Belanda,” katanya lagi.
Baca juga: Menilik Kembali Janji Jokowi dan Calon Ibu Kota Baru yang Kebanjiran
Lebih lanjut, pihaknya kembali menekankan bahwa terkait tepat dan tidaknya pemilihan nama ini kembali pada perumus konsep.
Sebab nama yang sama kalau konsepsinya berbeda maka maknanya berbeda.
“Nama Nusantara, Presiden tentu tidak bermaksud untuk menjadikan NKRI kembali ke nusa-antara (pulau-pulau terpisah), namun tentu ada maksud lain yang baik dan perlu kita hargai serta hormati,” imbuh dia.
Baca juga: Lahan Ibu Kota Baru Disebut Milik Sukanto Tanoto, Siapakah Dia?
Sementara itu, sejarawan JJ Rizal mengatakan, pemberian nama Nusantara bertolak belakang dengan gagasan pokok pemilihan Kalimantan Timur (Kaltim) sebagai lokasi ibu kota negara (IKN) baru.
Pemilihan kalimantan sebagai IKN memang disebut untuk memutus kesenjangan antara wilayah Pulau Jawa dan luar Jawa.
"Istilah Nusantara mencerminkan bias Jawa yang dominan. Nusantara adalah produk cara pandang Jawa masa Majapahit yang mendikotomi antara negara gung (kota Majapahit) dengan mancanegara (luar kota Majapahit)," ujarnya sebagaimana diberitakan Kompas.com, Selasa (18/1/2022).
Baca juga: Profil Ibu Kota Baru Kalimantan Timur
Rizal menyebut, istilah Nusantara bukan hanya sekedar dikotomis dalam arti kewilayahan, melainkan juga terkait peradaban.
"Dalam konteks Jawa, sebutan mancanegara untuk menjelaskan wilayah yang tidak beradab, kasar tidak teratur, atau sesuatu yang sebaliknya dari negara agung yang beradab dan harmonis," katanya lagi.
Ia pun menilai, pemilihan nama Nusantara untuk menandakan ibu kota negara baru kurang tepat.
"Pemakaian nama ibu kota baru Nusantara tidak mewakili pikiran RI yang didirikan sebagai amanat untuk setara, tetapi mewakili arogansi dan dominasi pikiran elite 'Keraton Jawa' gaya baru 2022," imbuh dia.
Baca juga: Akan Jadi Ibu Kota Baru, Pulau Kalimantan Tak Bebas dari Gempa