3. Exploding head syndrome (EHS)
EHS adalah sindrom kepala terasa meledak dengan sensasi berupa suara dengingan hingga ledakan yang ada di kepala.
Mengutip BBC, sensasi dari EHS juga bisa berupa suara kembang api, suara teriakan manusia, atau suara bantingan pintu.
Ketika ini terjadi, maka seseorang akan terbangun dari tidurnya dalam kondisi panik dan kelelahan.
4. Mengigau
Menurut American Academy of Sleep Medicine, sebanyak 5 persen dari populasi dewasa mengalami gangguan tidur mengigau.
Gangguan tidur mengigau bisa terjadi selama 30 detik atau lebih. Menurut Winter, mengigau biasanya terjadi satu hingga dua jam pertama fase tidur.
"Ketika tubuh mulai memasuki fase tidur lelap namun masih ada otot pita suara yang mampu memproduksi suara mengiringi mimpi yang dialami," ujar Winter.
Baca juga: Penjelasan Ilmiah Mengapa Wajah Jadi Jelek Ketika Bangun Tidur
5. Mimpi yang berulang
Menurut Winter, mimpi terkadang adalah cara otak memilah ingatan dan kemudian memprosesnya menjadi memori.
Nah mimpi yang berulang, biasanya terjadi ketika ada masalah psikologis yang belum selesai yang membuat otak masih terus memprosesnya.
Terkadang mimpi yang berulang-ulang terjadi karena trauma psikologis. Semisal trauma karena pernah dirampok di pertokoan, dilecehkan teman kantor, dan masih banyak lagi.
6. Tidur berjalan
Tidur berjalan biasanya terjadi di fase deep sleep. Jadi seseorang akan bangkit dari tidurnya dan melakukan beberapa aktivitas padahal otak mereka belum terjaga penuh.
Penyebab dari gangguan tidur ini belum jelas. Namun beberapa penelitian menyatakan bahwa gangguan tidur berjalan bisa menurun lewat genetika.
Dari seluruh kejadian aneh yang bisa terjadi ketika tidur, gangguan tidur berjalan adalah yang paling berbahaya.
Karena seseorang bisa bangkit dari tempat tidurnya dan melakukan aktivitas yang berisiko seperti menaiki anak tangga atau keluar dari rumah.
Baca juga: Cek, Durasi Tidur Sesuai Usia, Cukupkah Waktu Tidur Anda?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.