Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Transformasi Wayang sebagai Tanggapan Perkembangan Zaman

Kompas.com - 27/12/2021, 21:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti & Ikko Anata

SALAH satu budaya Indonesia yang masih dikenal hingga saat ini adalah Wayang. Di berbagai daerah, wayang memiliki keunikan dan ciri khasnya masing-masing, misalnya terdapat perbedaan antara wayang orang, wayang kulit, dan wayang golek.

Pada 7 November 2003, UNESCO menetapkan wayang sebagai budaya yang telah diakui dunia.

Oleh karena itu, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 2018 menetapkan tanggal 7 November sebagai hari wayang nasional.

Hari ini diperingati agar wayang terus dikembangkan dan dilestarikan karena merupakan salah satu aset budaya bangsa Indonesia.

Namun, seiring berkembangnya zaman, antusiasme terhadap wayang tak semeriah dahulu kala.

Masyarakat kini lebih memilih hiburan yang lebih kekinian sehingga membuat eksistensi wayang cukup tergeser.

Hal ini diperparah dengan pandemi yang membuat pertunjukkan–yang biasanya digelar secara luring–harus terhenti sementara.

Padahal, wayang memiliki segudang manfaat selain sebagai hiburan.

Untuk menyikapinya, diperlukan kreativitas agar wayang terus lestari hingga generasi yang akan datang.

Salah satunya adalah dengan mentransformasikan bentuk wayang dan mengkombinasikannya dengan elemen modern, seperti pada siniar Drama Udara.

Pada siniar tersebut, kisah epos Mahabarata dikemas dalam balutan musik rock.

Transformasi wayang ke berbagai bentuk

Kata transformasi sering kali disalah artikan sebagai konotasi yang buruk. Hal ini dikarenakan suatu budaya yang bertransformasi artinya dianggap tak orisinil lagi karena telah bercampur dengan elemen-elemen lain.

Akan tetapi, Sedyawati dalam bukunya Pertumbuhan Seni Pertunjukan menjelaskan bahwa perubahan terjadi karena sifat manusia yang cenderung cepat bosan sehingga selalu mengharapkan terjadinya kebaruan.

Transformasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor internal maupun eksternal. Faktor internal disebabkan oleh para seniman yang masih ingin mempertahankan wayang.

Sementara itu, dari faktor eksternal, masyarakatlah yang berperan karena selera mereka telah berubah sesuai tren.

Oleh karena kedua faktor tersebut, pada akhirnya terdapat beberapa hal di dalam pertunjukkan wayang yang disesuaikan dengan tidak mengubah kaidah pokok dan nilai yang terkandung di dalamnya.

Secara tak langsung, perkembangan teknologi juga turut mengubah sifat dan pola pikir masyarakat.

Perubahan ini ternyata berdampak pada cara pandang masyarakat terhadap terhadap budayanya.

Terkadang, beberapa masyarakat akan lebih tertarik untuk menonton film di bioskop daripada menyaksikan wayang secara langsung.

Hal ini dikarenakan wayang memiliki waktu pentas yang cukup panjang sehingga tak semua orang dapat menikmatinya.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, nyatanya pertunjukkan wayang selalu menghadirkan sesuatu yang baru karena terus berevolusi sesuai dengan kebutuhan zamannya.

Misalnya pada tahun 1145, yaitu ketika Raden Panji Kasatriyan menjadi raja di Kerajaan Jenggala, wayang purwa dibuat dari kulit hewan.

Kemudian bahan pembuatan wayang ini bertransformasi menjadi kertas lebar sehingga memunculkan istilah wayang beber.

Perubahan ini dilakukan oleh raja kerajaan Majapahit, yaitu Raden Jaka Sesuruh pada tahun 1283.

Sementara itu, pada era modern ini, wayang yang mulai mengalami penurunan penonton melakukan kolaborasi dengan teknologi.

Apabila keduanya berjalan dengan baik, tentu tak hanya kebudayaan saja yang tetap lestari, tapi kehidupan para senimannya juga sejahtera.

Hal itu akan memacu mereka lebih giat karena disediakannya ruang untuk berkarya dan memperkenalkan wayang kepada masyarakat luas.

Akan tetapi, yang terkadang menjadi permasalahan adalah ketika televisi menayangkan pertunjukkan wayang.

Banyak sekali perubahan yang terjadi karena tim produksi juga harus mempertimbangkan daya tarik penonton.

Namun, hal tersebut tak menjadi masalah apabila esensi atau nilai-nilai yang terkandung dalam wayang tetap ada.

Wayang membentuk karakter bangsa

Tak dimungkiri bahwa transformasi wayang juga dapat menghilangkan esensi dan nilai-nilai moral yang hendak disampaikan.

Pementasan wayang yang kerap disisipi nilai-nilai filosofis, terkadang tertutupi oleh unsur-unsur dominan lainnya, seperti lawakan atau musik.

Padahal wayang sangat kental dengan pesan-pesan adiluhur.

Meskipun wayang sudah ada sejak lama, tapi banyak nilai kehidupan yang masih relevan hingga sekarang.

Banyak sekali cerita wayang yang karakter para tokohnya dijadikan panut­an, prinsip hidup, bahkan dapat memengaruhi sikap masyarakat yang lekat dengan cerita tersebut.

Hal ini dikarenakan cerita-cerita wayang juga mengangkat masalah di sekitar manusia.

Tokoh-tokohnya yang memiliki watak sangat kontras mengajarkan bahwa di dunia ini orang-orang juga bersifat demikian.

Resolusi yang dihadirkan dalam cerita, yaitu tokoh baik selalu bahagia di akhir pun memberikan pesan tersirat bahwa balasan dari kebaikan adalah kebahagiaan.

Akan tetapi, semakin bervariasinya penokohan pada pertunjukkan wayang, tak hanya membatasi tokoh baik dan jahat.

Bahkan tokoh baik dapat berubah menjadi jahat, begitu pula sebaliknya.

Sementara itu, dilihat dari aspek kebutuhan hidup manusia, nilai-nilai wayang berfungsi mendukung tujuan untuk melangsungkan hidup, mempertahankan hidup, dan mengembangkan hidup, yang ketiganya bertujuan untuk mencapai kesempurnaan hidup.

Ketiganya harus didapat dengan cara dan tujuan yang benar.

Misalnya pada tokoh Durna dalam epos Mahabarata yang digambarkan sebagai sosok penuh strategi dan terkenal akan kepandaiannya.

Akan tetapi, karena ia memiliki perangai buruk, yaitu sombong dan tinggi hati, akhirnya membuat dirinya diusir oleh ayahnya yang sudah lelah menegurnya berulang kali.

Untuk dapat mendengarkan kisah dan perjalanan Resi Baratwaja dan Durna dengan balutan musik rock yang unik, saksikan episode terbaru dari Wayang on Rock di Spotify.

Kalian juga dapat mengaksesnya melalui tautan berikut https://spoti.fi/32kUzG9

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Tren
China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

Tren
Poin-poin Draft Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Poin-poin Draft Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Tren
Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Tren
Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Tren
Mulai 1 Juni, Dana Pembatalan Tiket KA Dikembalikan Maksimal 7 Hari

Mulai 1 Juni, Dana Pembatalan Tiket KA Dikembalikan Maksimal 7 Hari

Tren
Resmi, Tarik Tunai BCA Lewat EDC di Retail Akan Dikenakan Biaya Rp 4.000

Resmi, Tarik Tunai BCA Lewat EDC di Retail Akan Dikenakan Biaya Rp 4.000

Tren
Orang Terkaya Asia Kembali Gelar Pesta Prewedding Anaknya, Kini di Atas Kapal Pesiar Mewah

Orang Terkaya Asia Kembali Gelar Pesta Prewedding Anaknya, Kini di Atas Kapal Pesiar Mewah

Tren
Ngaku Khilaf Terima Uang Rp 40 M dari Proyek BTS 4G, Achsanul Qosasi: Baru Kali Ini

Ngaku Khilaf Terima Uang Rp 40 M dari Proyek BTS 4G, Achsanul Qosasi: Baru Kali Ini

Tren
Poin-poin Revisi UU TNI yang Tuai Sorotan

Poin-poin Revisi UU TNI yang Tuai Sorotan

Tren
Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto

Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto

Tren
Daftar 146 Negara yang Mengakui Palestina dari Masa ke Masa

Daftar 146 Negara yang Mengakui Palestina dari Masa ke Masa

Tren
Apa Itu Tapera, Manfaat, Besaran Potongan, dan Bisakah Dicairkan?

Apa Itu Tapera, Manfaat, Besaran Potongan, dan Bisakah Dicairkan?

Tren
Cara Memadankan NIK dan NPWP, Terakhir Juni 2024

Cara Memadankan NIK dan NPWP, Terakhir Juni 2024

Tren
Rekan Kerja Sebut Penangkapan Pegi Salah Sasaran, Ini Alasannya

Rekan Kerja Sebut Penangkapan Pegi Salah Sasaran, Ini Alasannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com