Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cakupan Vaksinasi di Sejumlah Daerah Masih Rendah, Ini Alasannya

Kompas.com - 18/12/2021, 19:00 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah daerah dengan cakupan vaksinasi Covid-19 dosis 1 yang masih di bawah 70 persen hingga akhir 2021 terancam mendapatkan sanksi dari pemerintah.

Diberitakan Kompas.com, Sabtu (18/12/2021) Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian akan mengevaluasi daerah yang tidak mencapai target tersebut.

Tito mengatakan, pemerintah akan menyiapkan sanksi berupa disinsentif anggaran kepada daerah yang capaian vaksinasinya rendah.

"Bagi daerah yang tidak mencapai target 70 persen, akan kami evaluasi berupa teguran dan akan diberikan sanksi berupa disinsentif atau tidak akan diberikan tambahan dana insentif daerah," ujar Tito.

Sementara sebaliknya, bagi daerah yang telah memenuhi target, akan diusulkan kepada Kementerian Keuangan untuk diberikan tambahan dana insentif daerah dan dana alokasi umum. 

Baca juga: Mendagri Ancam Beri Sanksi ke Daerah yang Cakupan Vaksinasinya Rendah

Lantas, daerah mana saja yang cakupan vaksinasinya masih di bawah 70 persen?

Daerah dengan vaksinasi rendah

Mengutip data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 16 Desember 2021 terdapat sejumlah daerah yang masih belum menyentuh angka 70 persen untuk vaksin dosis 1.

Daerah-daerah tersebut yaitu:

  • Papua: 27,1 persen
  • Aceh: 46,37 persen
  • Maluku: 49,21 persen
  • Papua Barat: 49,9 persen
  • Sulawesi Tenggara: 51,35 persen
  • Maluku Utara: 51,85 persen
  • Sulawesi Tengah: 53,36 persen
  • Sulawesi Barat: 55,79 persen
  • Kalimantan Selatan: 56,96 persen
  • Sulawesi Selatan: 57,45 persen
  • Kalimantan Barat: 57,97 persen
  • Sumatera Barat: 61,33 persen
  • Riau: 62,5 persen
  • Nusa Tenggara Timur: 63,05 persen
  • Sumatera Selatan: 64,06 persen
  • Lampung: 68,26 persen
  • Bengkulu: 68,98 persen
  • Sumatera Utara: 69,09 persen
  • Jawa Barat: 69,69 persen
  • Gorontalo: 69,7 persen.

Baca juga: Cara Memperbaiki Data Sertifikat Vaksin Lewat WhatsApp

 

Kendala rendahnya vaksinasi

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengungkapkan, terdapat sejumlah kendala yang menyebabkan cakupan vaksinasi dosis 1 di beberapa daerah belum mencapai target yang dicanangkan.

Menurut Nadia, kendala pertama yang harus dihadapi adalah dari faktor distribusi pada daerah yang sulit dijangkau, sehingga vaksinasi tidak bisa dilakukan setiap hari.

"Ada faktor distribusi daerah sulit, seperti transportasi tidak setiap hari mugkin satu atau dua minggu ya," kata Nadia saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (18/12/2021).

Selain itu, faktor lain yang membuat cakupan vaksinasi terhambat adalah adanya penolakan dari sasaran vaksinasi dengan berbagai alasan.

"Kedua juga ada faktor penolakan juga dengan berbagai alasan, seperti agama, belum yakin, ataupun hoaks yang infromasinya masih salah," ujar dia.

Menanggapi rencana pemberian sanksi untuk daerah yang tidak mencapai target vaksinasi dosis 1 pada akhir 2021, Nadia mengatakan bahwa Kemenkes terus berupaya mendorong peningkatan cakupan vaksinasi di tiap daerah.

"Kita mendorong untuk inovasi daerah, dan mencukupkan ketersediaan vaksin serta kebutuhan vaksinator tentunya," kata Nadia.

Baca juga: Vaksin Saja Tidak Cukup untuk Hadapi Omicron, Ini Kata WHO

 

Jokowi minta vaksinasi ditingkatkan

Diberitakan Kompas.com, Sabtu (18/12/2021) Mendagri Tito Karnavian mengatakan, daerah dengan angka capaian vaksinasi yang rendah akan mempengaruhi angka rata-rata nasional.

Tito mencontohkan, salah satu daerah yang angka capaian vaksinasinya masih di bawah 70 persen yakni Sumatera Barat.

Tito mengaku sudah melaporkan kondisi ini kepada Presiden Joko Widodo.

"Dan beliau minta untuk ditingkatkan. Kedatangan saya ke seluruh daerah di Indonesia, terutama yang capaian vaksin Covid-19 masih rendah, merupakan tugas langsung dari Presiden," kata Tito.

"Selain Mendagri, Presiden juga menugaskan Menteri Kesehatan, Kapolri, Panglima TNI, Kepala BIN, dan Jaksa Agung secara bersama dengan stakeholder lainnya bergerak mendorong percepatan vaksinasi," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan Hari Ini, Begini Cara Ceknya

Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan Hari Ini, Begini Cara Ceknya

Tren
Virus Raksasa Berusia 1,5 Miliar Tahun Ditemukan di Yellowstone, Ungkap Asal Usul Kehidupan di Bumi

Virus Raksasa Berusia 1,5 Miliar Tahun Ditemukan di Yellowstone, Ungkap Asal Usul Kehidupan di Bumi

Tren
3 Cara Melihat Aplikasi dan Situs yang Terhubung dengan Akun Google

3 Cara Melihat Aplikasi dan Situs yang Terhubung dengan Akun Google

Tren
BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 22-23 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 22-23 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] ICC Ajukan Surat Penangkapan Pemimpin Israel dan Hamas | Mengintip Jasa 'Santo Suruh' yang Unik

[POPULER TREN] ICC Ajukan Surat Penangkapan Pemimpin Israel dan Hamas | Mengintip Jasa "Santo Suruh" yang Unik

Tren
Kronologi Singapore Airlines Alami Turbulensi, 1 Penumpang Meninggal

Kronologi Singapore Airlines Alami Turbulensi, 1 Penumpang Meninggal

Tren
Kronologi Makam Mahasiswi UMY Dibongkar Sehari Usai Dimakamkan

Kronologi Makam Mahasiswi UMY Dibongkar Sehari Usai Dimakamkan

Tren
4 Korupsi SYL di Kementan: Beli Durian Rp 46 Juta dan Gaji Pedangdut

4 Korupsi SYL di Kementan: Beli Durian Rp 46 Juta dan Gaji Pedangdut

Tren
Penyebab Kelebihan Berat Badan dan Obesitas pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Penyebab Kelebihan Berat Badan dan Obesitas pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Tren
Ada 'Andil' AS di Balik Kecelakaan Heli yang Menewaskan Presiden Iran

Ada "Andil" AS di Balik Kecelakaan Heli yang Menewaskan Presiden Iran

Tren
Kata Psikolog soal Pria Kuntit dan Teror Perempuan di Surabaya Selama 10 Tahun

Kata Psikolog soal Pria Kuntit dan Teror Perempuan di Surabaya Selama 10 Tahun

Tren
Geliat Bursa Pilkada Jateng 2024, Sudah Ada Tiga Nama yang Berpeluang Maju

Geliat Bursa Pilkada Jateng 2024, Sudah Ada Tiga Nama yang Berpeluang Maju

Tren
Daftar Harga Sapi dan Kambing untuk Idul Adha 2024

Daftar Harga Sapi dan Kambing untuk Idul Adha 2024

Tren
Bobby Nasution, 2020 Daftar PDI-P, 2024 Pindah ke Gerindra

Bobby Nasution, 2020 Daftar PDI-P, 2024 Pindah ke Gerindra

Tren
Mobil Selebgram Zoe Levana Masuk Jalur Busway, Bisa Didenda Rp 50 Juta

Mobil Selebgram Zoe Levana Masuk Jalur Busway, Bisa Didenda Rp 50 Juta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com