Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Rilis Rekomendasi Sementara Mencampur dan Mencocokkan Vaksin Covid-19

Kompas.com - 17/12/2021, 11:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan rekomendasi sementara pada Kamis (16/12/2021) untuk mencampur dan mencocokkan vaksin Covid-19 dari produsen yang berbeda untuk vaksin dosis kedua dan booster.

Melansir Reuters, vaksin yang menggunakan mRNA seperti Pfizer dan Moderna, dapat digunakan sebagai dosis berikutnya setelah dosis awal AstraZeneca dan sebaliknya.

AstraZeneca dan vaksin mRNA mana pun juga dapat digunakan setelah dosis awal vaksin tidak aktif Sinopharm.

Panduan tersebut telah dikembangkan berdasarkan saran dari Kelompok Ahli Penasihat Strategis WHO tentang vaksin awal bulan ini.

Baca juga: Sudah Terdeteksi di Indonesia, Ini 7 Hal yang Perlu Diketahui soal Omicron

Pertimbangan WHO

Adanya rekomendasi ini berdasarkan pada sebuah penelitian besar pekan lalu yang mengatakan bahwa dosis pertama suntikan AstraZeneca atau Pfizer/BioNTech diikuti dengan vaksin Moderna sembilan minggu kemudian menginduksi respons imun yang lebih baik.

Namun, WHO mengatakan pencampuran dan pencocokan harus mempertimbangkan proyeksi pasokan, aksesibilitas, serta manfaat dan risiko vaksin Covid-19 yang digunakan.

WHO menegaskan, rekomendasi tersebut akan ditinjau kembali apabila lebih banyak data tersedia.

Banyak negara mulai mencampur dan mencocokkan vaksin, karena mereka menghadapi lonjakan jumlah infeksi Covid-19.

Persediaan rendah dan imunisasi yang rendah juga menjadi faktor lain yang mereka hadapi.

Baca juga: Kasus di AS Meningkat karena Omicron, Fauci Sebut Booster Moderna dan Pfizer Bisa Beri Perlindungan

Lonjakan kasus setelah kemunculan Omicron

Untuk diketahui, sejumlah negara kini menghadapi lonjakan kasus Covid-19 setelah kemunculan varian Omicron.

Inggris, misalnya, mencatatkan rekor kasus baru virus corona harian tertinggi sejak dimulainya pandemi pada 15 Desember 2021 dengan terdapat 78.610 infeksi.

Jumlah ini sekitar 10.000 lebih banyak dari kasus tertinggi sebelumnya yang dilaporkan pada Januari 2021 lalu.

Diyakini, lonjakan tersebut berkaitan dengan merebaknya varian Omicron yang telah menginfeksi 10.000 orang dan menyebabkan 10 orang dirawat di rumah sakit, dan satu orang meninggal dunia.

Varian Omicron diketahui memiliki tingkat penyebaran lebih cepat dibandingkan Delta, varian Covid-19 yang saat ini mendominasi dunia.

Hal itu disebabkan oleh jumlah mutasi yang mencapai 32 pada protein spike, jauh lebih banyak dari varian Delta yang hanya memiliki delapan mutasi.

Baca juga: 10 Gejala Varian Virus Corona Omicron, Apa Saja?

Tak hanya itu, Omicron juga dapat menghindari antibodi vaksin, seperti temuan studi yang dilakukan oleh Harvard dan MIT.

Kabar baiknya, dosis booster atau penguat kemungkinan menawarkan peningkatan perlindungan substansial terhadap varian Omicrin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Tema Met Gala dari Masa ke Masa, 'Sleeping Beauties: Reawakening Fashion' Jadi Tajuk 2024

Tema Met Gala dari Masa ke Masa, "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion" Jadi Tajuk 2024

Tren
Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Tren
Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Tren
Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com