Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Cedera Saraf Tulang Belakang, Apakah Bisa Sebabkan Cacat Permanen?

Kompas.com - 16/12/2021, 09:33 WIB
Mela Arnani,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Orang dengan cedera di atas tulang leher bagian atas bahkan memerlukan alat bantu nafas (ventilator) untuk tetap bisa bernapas.

Sementara, terlalu lama berbaring karena lumpuh akan menyebabkan luka karena tubuh menekan alas tidur atau disebut decubitus.

Dampak lainnya mudah terkena infeksi (biasanya sistem paru-paru dan dan saluran kencing).

Bahkan, pada beberapa kasus bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah yang dapat mengancam nyawa.

Apakah cedera saraf tulang belakang bisa cacat permanen?

Perlu diketahui, cedera saraf tulang belakang dapat menyebabkan cacat permanen.

"Ya. Jika yang terjadi adalah cedera sumsum tulang belakang yang komplit atau lengkap, cacat atau kelumpuhannya akan permanen," kata Wawan.

Namun, jika cedera tidak permanen, dalam arti hanya sebagian saraf sensorik, motorik atau otonom yang rusak alias tidak lengkap, masih memungkinkan beberapa perbaikan fungsional dari waktu ke waktu.

Biasanya, tindakan operasi atau obat kortikosteroid yang terlambat dalam hitungan jam atau hari dapat menyebabkan cedera yang incomplete atau tidak lengkap menjadi permanen.

"Karena itu dalam penanganan cedera saraf tulang belakang ada istilah time is essential," tambah Wawan.

Diagnosis

Pada fase akut, dokter akan memastikan terlebih dulu apakah cedera saraf tulang belakang tidak memengaruhi pernapasan atau detak jantung yang berakibat dapat menyebabkan kematian cepat.

Untuk menilai seberapa baik kondisi fungsi saraf tulang belakang, akan dilakukan beberapa pemeriksaan meliputi:

  • Fungsi sensorik, kemampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri, atau rasa di kulit
  • Fungsi motorik, kemampuan untuk menggerakkan bagian-bagian tubuh lengan dan tangan sampai jari-jari tangan, dan tungkai, kaki dan jari-jari kaki
  • Fungsi otonom, kemampuan baung air besar, buang air kecil, fungsi alat vital (pada laki-laki)

Tes pencitraan biasanya dapat membantu mendiagnosis cedera tulang dan saraf tulang belakang, seperti

  • Ronsen biasa atau X-ray untuk melihat ada tidaknya patah tulang atau terkilir/dislokasi
  • CT scan, untuk melihat patah tulang, bekuan darah atau kerusakan pembuluh darah
  • MRI, untuk melihat kondisi saraf dan sumsum tulang belakang atau jaringan lunak

Pada beberapa kasus tetapi jarang dilakukan, mungkin dapat dikerjakan pemeriksaan elektromiogram (EMG) untuk memeriksa aktivitas listrik di otot.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com