Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Negara Berkembang Pertama Jadi Tuan Rumah G20, Apa Dampaknya?

Kompas.com - 03/12/2021, 09:31 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia secara resmi memegang Presidensi G20 selama setahun penuh, yakni mulai 1 Desember 2021 hingga KTT G20 pada November 2022.

Hal itu sekaligus menjadikan Indonesia sebagai negara berkembang pertama yang menjadi tuan rumah G20.

Serah terima presidensi dari Italia (selaku Presidensi G20 2021) kepada Indonesia sudah dilakukan secara langsung pada 31 Oktober 2021 di Roma, Italia.

Presidensi G20 mengusung tema "Recover Together, Recover Stronger".

Melalui tema ini, Indonesia mengajak seluruh dunia untuk bersama-sama mencapai pemulihan yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Baca juga: Cara Dapatkan Diskon Tarif Listrik Desember 2021, Tak Perlu Akses WhatsApp dan Website PLN

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh #ASNKiniBeda (@bkngoidofficial)

Lantas, apa dampaknya Indonesia menjadi Presidensi G20?

Dampak jangka pendek

Acara G20 Indonesia Presidency 2022 Opening Ceremony Recover Together, Recover Stronger yang digelar hibrida dari Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Rabu (01/12/2021).
DOK. Humas Kemenkominfo Acara G20 Indonesia Presidency 2022 Opening Ceremony Recover Together, Recover Stronger yang digelar hibrida dari Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Rabu (01/12/2021).

Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menjelaskan, presidensi G20 dapat diartikan sebagai penyelenggara ataupun tuan rumah.

Menurut Bhima, ada dampak jangka pendek dan jangka panjang yang akan didapat Indonesia saat menjadi penyelenggara G20.

"Dampak jangka pendek seperti misalnya di sektor pariwisata, adanya jumlah wisatawan yang masuk dari luar negeri ke Indonesia," kata Bhima saat dihubungi Kompas.com, Kamis (2/12/2021).

"Tentunya wisatawan tersebut sebagai partisipan juga, itu membawa efek positif terhadap kenaikan devisa ke negara," imbuhnya.

Selain itu, juga akan membangkitkan animo terhadap peluang recovery di sektor pariwisata, okuopansi perhotelan akan mengalami kenaikan selama G20 diselenggarakan.

Baca juga: Daftar Lengkap UMP 2022 di 34 Provinsi

Dampak jangka panjang

Kemudian, kata Bhima, dampak jangka panjangnya akan lebih banyak lagi.

"Biasanya pada waktu pertemuan G20 juga diikuti oleh para pelaku usaha yang ikut tergabung ke dalam rombongan, nah ini bisa dimanfaatkan sebagai momentum untuk melakukan kerjasama-kerjasama seperti peningkatan nilai investasi," terangnya.

Selain itu, Indonesia dapat meningkatkan aspirasi untuk pemulihan negara berkembang dan pemulihan secara bersama dengan memanfaatkan digitalisasi.

Indonesia juga dapat memanfaatkan perdagangan internasional serta kebijakan fiskal terhadap pemulihan ekonomi.

"Itu manfaat yang akan dirasakan dalam jangka panjang, artinya jangka panjang ini setelah eventnya selesai pun masih memberikan banyak manfaat terhadap perekonomian," imbuh dia.

Baca juga: Indonesia Resmi Pimpin G20, Jokowi Undang Pemimpin Dunia ke Bali 2022

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com