Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpantau Siklon Nyatoh dan 2 Bibit Siklon Tropis, Ini Dampaknya Ke Indonesia

Kompas.com - 30/11/2021, 20:00 WIB
Mela Arnani,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memantau adanya pertumbuhan siklon tropis Nyatoh.

Melalui Jakarta Tropical Cyclone Warning Center (TCWC), siklon ini terpantau di belahan Bumi utara (BBU).

Sementara itu, dua bibit siklon tropis lain terbentuk dekat ke sekitar wilayah Indonesia di utara dan selatan.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, siklon tropis Nyatoh terbentuk di sekitar Samudra Pasifik Barat sebelah utara Papua.

Tepatnya, di 13.0 derajat LU, 139.8 derajat BT, sekitar 1630 km sebelah utara timur laut Biak.

"Badai tropis Nyatoh terbentuk pada tanggal 30 November 2021 jam 07.00 WIB, angin maksimum di sekitar sistemnya mencapai 35 knot (65 km/jam) dengan tekanan udara minimum di sekitar pusatnya mencapai 1000 hPa dengan pergerakan sistemnya ke arah barat-barat laut menjauhi wilayah Indonesia," kata Guswanto kepada Kompas.com, Selasa (30/11/2021).

Guswanto menambahkan, dalam 48 jam ke depan Badai Tropis Nyatoh masih konsisten meningkat dan bergerak menjauhi wilayah Indonesia.

Baca juga: BMKG Peringatkan Bibit Siklon Tropis 90S, Apa Dampaknya ke Indonesia?

Bibit siklon tropis 94W dan 92S

Sementara itu, bibit siklon tropis 94W yang diidentifikasi sejak 29 November 2021 saat ini berada di sekitar Teluk Thailand, tepatnya di 9.3 derajat LU, 101.0 derajat BT.

"Berdasarkan analisis tanggal 30 November 2021, angin maksimum di sekitar Bibit Badai Tropis 94W mencapai 20 knot (37 km/jam) dengan tekanan udara minimum di sekitar pusatnya mencapai 1005 hPa," papar dia.

Bibit badai tropis 94W, lanjut Guswanto, bergerak ke arah barat dan menjauhi wilayah Indonesia.

"Dalam 24 jam ke depan masih berada pada kategori menengah untuk menjadi sistem siklon tropis," ujarnya.

Bibit siklon tropis lainnya mulai terbentuk hari ini di sekitar Samudra Hindia barat daya Lampung, yaitu bibit siklon tropis 92S, tepatnya di posisi 7.0 derajat LS dan 102.5 derajat BT.

Bibit siklon ini terbentuk dengan tekanan udara minimum di sekitar pusatnya mencapai 1009 hPa dan kecepatan angin maksimum di sekitar pusatnya mencapai 20 knot (37 km/jam).

Sistem bibit siklon 92S bergerak ke arah tenggara-selatan.

Adapun kriteria bahwa bibit siklon dapat dikatakan meningkat menjadi siklon tropis yakni jika kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya mencapai minimal 35 knot (65 km/jam).

Baca juga: BMKG Pantau Bibit Dua Siklon Tropis, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Dampak siklon tropis Nyatoh

Guswanto menuturkan, siklon tropis Nyatoh, bibit siklon tropis 94W dan 92S dapat memberikan dampak tidak langsung ke kondisi cuaca Indonesia 24 jam ke depan, yakni:

Potensi hujan intensitas sedang-lebat

  • Aceh
  • Sumatera Utara
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Lampung
  • Bengkulu
  • Banten
  • Jawa Barat
  • Sulawesi Tengah
  • Gorontalo
  • Sulawesi Utara
  • Maluku Utara
  • Papua Barat

Gelombang tinggi

Gelombang setinggi gelombang 1,25-2,5 meter berpotensi terjadi di:

  • Perairan Kepulauan Anambas dan Natuna, Perairan barat Bengkulu, Perairan selatan Banten, Samudera Hindia selatan Jawa Barat, Perairan Kepulauan Sangihe, Laut Maluku bagian selatan, Perairan Bitung, Laut Halmahera, dan Perairan utara Papua Barat hingga Papua.

Sementara itu, gelombang setinggi 2,5-4 meter berpeluang terjadi di:

  • Laut Natuna Utara, Samudra Hindia selatan Banten, Samudera Hindia barat Bengkulu, Perairan timur Pulau Enggano, Perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian barat, Teluk Lampung bagian selatan, Perairan Kepulauan Talaud, Laut Maluku bagian utara, Perairan utara Halmahera, dan Samudera Pasifik utara Halmahera hingga Papua.

Adapun gelombang setinggi 4-6 meter berpotensi terjadi di Samudera Hindia barat Lampung.

Guswanto menambahkan, pihaknya melalui Jakarta TCWC terus memantau perkembangan siklon tropis dan aktivitas dinamika atmosfer lainnya serta potensi dampak cuaca ekstremnya.

Masyarakat pun diimbau untuk menghindari kegiatan pelayaran di wilayah perairan yang terdampak.

Selain itu, menghindari daerah rentan mengalami bencana, seperti lembah sungai, lereng rawan longsor, pohon yang mudah tumbang, tepi pantai, dan lainnya.

Selanjutnya, mewaspadai potensi dampak seperti banjir/bandang/banjir pesisir, tanah longsor terutama di daerah yang rentan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

Tren
Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Tren
Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Tren
Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com