Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Perut Berbunyi Ketika Lapar? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Kompas.com - 30/11/2021, 09:40 WIB
Inten Esti Pratiwi

Penulis

KOMPAS.com - Ketika lapar atau perut tak kemasukan makanan dalam waktu lama, maka rongga perut akan mengeluarkan suara.  

Bunyi perut ketika lapar ini memang mekanisme alami tubuh. Jadi dirasakan pula oleh masyarakat kuno atau nenek moyang kita.

Hingga sebutan akan perut bunyi ini pun jadi melegenda dari masa ke masa. Di Indonesia, banyak orang menyebut bunyi perut ketika kita kelaparan ini dengan istilah perut keroncongan.

Sedangkan masyarakat Yunani Kuno menyebutnya dengan istilah borborygmi, yang dalam Bahasa Inggris berarti rumbling  atau bergemuruh.

Bunyi perut ketika lapar memang seperti geraman atau gemuruh kecil. Hingga jika terjadi di ruang-ruang formal ketika kita sedang di tengah rapat atau pertemuan resmi, suara gemuruh ini bisa memancing perhatian.

Baca juga: Mengapa Masih Lapar Meski Sudah Makan Porsi Besar? Ini Penjelasannya

Mengapa perut berbunyi ketika lapar

Melansir dari Scientific American, bunyi gemuruh perut ketika lapar ini berhubungan dengan organ di dalam perut terutama usus.

Organ saluran cerna adalah serupa pipa memanjang yang bermula dari mulut hingga anus, dengan dinding-dindingnya yang terbuat dari lapisan otot yang lembut dan kecil.

Ketika dinding bekerja meremas makanan, minuman dan gas, maka akan muncul bunyi khusus seperti gemuruh.

Gerakan peristaltik atau gerakan meremas-remas ini akan secara otomatis membuat makanan dari mulut akan perlahan-lahan bergerak turun menuju ke anus.

Ilustrasi usus Ilustrasi usus
Peristaltik sendiri merupakan fluktuasi ritme dari potensi kelistrikan di otot-otot pada dinding usus, yang dalam kondisi wajar akan menyebabkan otot berkontraksi.

Fluktuasi ini dinamakan basic electrical rhythm atau BER. BER ini akan mengatur sel otot pada perut dan dinding usus untuk memiliki ritme yang teratur, tiga hingga dua belas kali per menit.

Gerakan dalam rongga perut ini akan terus berulang, meski perut dalam kondisi kosong sekali pun. Bahkan aktivitas meremas ini akan semakin kuat ketika perut tak kemasukan makanan atau kosong lebih dari dua jam. Gerakan ini dinamakan kontraksi lapar.

Kontraksi ini terjadi dari antrum atau rongga yang memproduksi lebih banyak mucus, hingga ileum atau bagian usus kecil yang terbuka dan terhubung dengan usus besar.

Gerakan yang berusaha mengeluarkan mucus ini menyebabkan adanya getaran atau vibrasi yang menimbulkan suara.

Kontraksi lapar ini akan berlangsung selama 10 atau 20 menit setelah tubuh mengenali sinyal lapar di dalam perut. Dan akan terus berulang setiap satu jam hingga dua jam sekali.

Baca juga: Mengapa Beberapa Orang Tetap Kurus meski Selalu Terlihat Makan dengan Rakus?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Tren
10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

Tren
Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Tren
Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Tren
Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com