KOMPAS.com - Varian baru virus corona, Omicron, dideteksi dan menjadi perhatian dunia. Kasus-kasus Covid-19 dengan varian Omicron dilaporkan beberapa negara.
Varian ini disebut lebih berbahaya ketimbang varian dominan yakni varian Delta.
Omicron pertama kali ditemukan di Afrika Selatan. Akan tetapi, sampel paling awal pada 11 November 2021 menunjukkan bahwa varian ini ada di Botswana, salah satu negara di Afrika bagian selatan.
Sejak pertama kali menyebar pada akhir 2019, ditemukan sejumlah mutasi varian virus corona. Beberapa di antaranya masuk dalam daftar varian yang jadi perhatian WHO.
Baca juga: Update Corona 28 November: Kata WHO soal Varian Baru Omicron
Epidemiolog dari Griffifth University, Australia, Dicky Budiman, mengatakan, varian virus coona terus bermunculan karena adanya kesempatan atau peluang yang besar untuk menyebar dan mereplikasi diri.
"Itu timbul karena kita memberi peluang virus ini menginfeksi manusia dengan leluasa. Kemudian tidak terkendali sehingga ini bisa menginfeksi pada gilirannya," ujar Dicky saat dihubungi Kompas.com, Minggu (28/11/2021).
Dicky menyebutkan, varian super cepat menyebar seperti Omicron dan Delta ini akan menginfeksi orang dengan masalah imunitas tubuh.
"Nah ini yang membuat virus itu lebih lama ada dalam tubuh si orang itu sehingga semakin lama di dalam tubuh ya semakin banyak terjadi replikasi," lanjut dia.
Ketika peluang mutasinya menjadi lebih besar, maka peluang terjadinya satu varian yang super juga makin besar.
Dicky mengatakan, varian Omicron langsung masuk kategory varian of concern (varian yang menjadi perhatian) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Hal ini tentu menjadi warning serius. Apalagi, varian Omicron ditemukan dari suatu situasi adanya wilayah negara/kawasan yang rendah kapasitas protokol kesehatan dan vaksinasi.
"Ini secara hukum biologi seperti tinggal menunggu waktu lahir saja, satu varian super, itu teoritis, dan keniscayaan ini seperti menantang maut," ujar Dicky.
Ia mengungkapkan, varian Omicron ditemuan di Afrika. Dalam catatan, Afrika memiliki banyak kasus dengan masalah imunitas, di mana warganya banyak yang menderita HIV.
Pada penderita HIV, jika ia terjangkit virus corona, maka virus itu akan berdiam lama, bermutasi dalam tubuh pasien dan berkesempatan melahirkan varian super.
"Kemudian, data yang ada dari Afrika Selatan bahwa ini asalnya bukan dari varian Delta. Tetapi, sejak pertengahan 2020. Artinya, lebih cepat perjalanan mutasinya," ujar Dicky.
Baca juga: Terus Bertambah, 4 Negara Sudah Laporkan Varian Covid-19 Omicron