Merah memenuhi kedua kondisi ini. Pertama, ia termasuk dalam rentang yang terlihat oleh manusia. Kedua, merah memiliki panjang gelombang tertinggi, menjadikannya warna yang paling sedikit tersebar.
Sinyal marabahaya atau alarm kita harus tetap terlihat, bahkan saat jarak pandang di sekitar rendah.
Visibilitas langsung dapat terpengaruh dalam keadaan, seperti kabut, hujan, dan asap. Karena sinyal harus mencapai jarak yang lebih jauh, itu harus menyebar lebih sedikit.
Agar lebih sedikit menyebar dan mudah melewati kabut, asap, dan lainnya, panjang gelombangnya harus tinggi. Itulah alasan mengapa digunakan warna merah.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Arkeolog Temukan Machu Picchu 24 Juli 1911
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Human Neuroscience menghubungkan warna merah dengan menarik perhatian dalam konteks emosional.
Disebutkan bahwa melihat warna merah segera sebelum atau selama respons motorik meningkatkan kekuatan dan kecepatan respons.
Selain itu, warna merah tampaknya memiliki sifat yang membangkitkan emosi.
Orang cenderung mengasosiasikan merah dengan emosi negatif yang membawa bahaya, karena merupakan warna api, darah, dan kemarahan.
Oleh karena itu, pikiran manusia langsung aktif atau waspada ketika melihat warna ini.
Baca juga: Alasan dan Sejarah Penggunaan Setir Kanan di Indonesia