Mengutip Medical News Today (21/10/2021), menurut Direktur University College London (UCL) Genetics Institute, Prof Francois Balloux, subvarian ini memiliki kemungkinan 10 persen lebih mudah menular daripada varian Delta.
Delta Plus sejauh ini belum memiliki bukti menyebabkan infeksi atau kesakitan yang lebih parah.
Namun, bukan berarti kemungkinan lain muncul, sebab penelitian terus dilakukan oleh para ahli untuk mempelajarinya.
Baca juga: Mengenal Molnupiravir dan Paxlovid, Dua Obat yang Diklaim Ampuh untuk Covid-19
Melansir Aljazeera (31/10/2021), Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut subvarian ini telah tersebar di setidaknya 42 negara dunia, termasuk Inggris, India, Israel, Amerika Serikat, dan Rusia.
Namun, 96 persen dari infeksi yang terjadi di dunia itu ditemukan di Inggris.
Delta Plus juga belum masuk ke dalam daftar Varian of Interest atau pun Variant of Concern yang dibuat WHO.
Baca juga: Indonesia Masuk Negara Level 1 Covid-19, Apa Maksudnya?