Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Jalan Tol Kita Tidak Aman?

Kompas.com - 07/11/2021, 14:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

Akan tetapi, median rumput memiliki tingkat fatalitas lebih tinggi, karena meningkatkan risiko kendaraan menyeberang ke jalur lain.

"Ketika terjadi kecelakaan beruntun di Cipali, banyak kendaraan yang menyeberang, KNKT mengeluarkan rekomendasi agar median yang bentuknya seperti itu (rumput) dihilangkan," ujar dia.

"Jadi harus dipasang apakah concrete barrier atau pagar pengaman jalan atau ke wire rope. Itu jangan biarkan dalam bentuk rumput, karena risiko kendaraan nyebarangnya sangat tinggi, itu tabrakan head to head bisa menyebabkan fatalitas lebih tinggi," tambah Wildan.

Baca juga: Tips Aman Berkendara di Jalan Tol

Dua penyebab terbesar kecelakaan jalan tol

Dalam banyak kajian yang dilakukan oleh KNKT, ada dua penyebab terbesar kecelakaan di jalan tol.

Pertama, lost of situation awareness. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh lelah, stres, bingung, dan tidak konsentrasi.

"Ketika mengalami penurunan kewaspadaan dan menghadapi suatu emergency, tiba-tiba ada truk di depan misalnya, kemudian mengambil reaksi berlebihan, itu yang menyebabkan banyak kecelakaan," kata Wildan.

Kedua, lost of control atau kehilangan kendali. Wildan menyebut, dalam kondisi ini sopir seringkali mengalami microsleep atau tidur sesaat.

Faktor pengemudi

Menurut Wildan, seseorang yang mengalami microsleep terkadang tidak sampai memejamkan mata, tetapi pikiran blank.

Padahal, ketika seorang pengemudi tertidur hanya satu detik dengan kecepatan 120 kilometer per jam, kendaraan akan melaju tanpa kendali 28 meter.

"Ini risikonya kan tinggi, jarak mobil dengan MCB atau beton kita yang sebelah kanan kan cuma maksimal 3 meter, sementara 28 meter kita berjalan tanpa kendali. kemungkinan mobil menabrak tebing ya sangat tinggi. Itu yang sering kami temui di jalan tol," tutur dia.

Artinya, mayoritas kecelakaan di jalan tol disebabkan oleh faktor pengemudi, bukan infrastruktur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com