Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Jalan Tol Kita Tidak Aman?

Kompas.com - 07/11/2021, 14:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Usai kecelakaan maut yang merenggut nyawa Vanessa Angel dan suaminya Febri Andriansyah, muncul sebuah klaim bahwa jalan tol di Indonesia tidak aman.

Klaim ini didasarkan atas banyaknya kecelakaan yang memakan korban jiwa di jalan tol.

Adalah akun TikTok @anakteknikindo yang mengunggah klaim itu dan telah ditonton sebanyak 18,6 juta kali.

Benarkah demikian?

Berikut tanggapan dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT):

Baca juga: Video Viral Sebut Jalan Tol di Indonesia Tidak Aman, Ini Kata PUPR

Tanggapan KNKT

Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Achmad Wildan mengaku tak setuju dengan klaim itu (jalan tol tidak aman).

Sebab, performasi jalan tol selalu diinspeksi secara berkala dan diaudit oleh Biro Pengadaan Barang dan Jasa (BPBS) serta Badan Usaha Jalan Tol (BUJT).

Menurut dia, ada dua indikator performasi jalan tol, yaitu skid resistance atau tingkat kekesatan jalan dan rockness atau ketidakrataan jalan.

"BPBJ secara rutin melakukan audit terhadap dua parameter tadi dan BUJT senantiasa melakukan maintenance terhadap dua hal tadi," kata Wildan, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (7/11/2021).

Ia juga kurang sependapat dengan klaim kualitas jalan beton lebih buruk dibandingkan aspal, sehingga menyebabkan kecelakaan.

Wildan menuturkan, dua struktur jalan tersebut memiliki kekuatan dan keamanan yang sama. Hanya saja, pengerjaan jalan menggunakan beton lebih cepat.

"Kalau bicara kekuatan, sama. Cuma tinggal bicara waktu. Jalan tol kita itu kan dipacu biar cepet selesai, sehingga kita melakukan pendekatan rigid beton," jelas dia

"Tapi pada perjalan berikutnya, itu kan yang rigid kemudian atasnya dikasih aspal biar lebih smooth dan nyaman dipake pengendara," sambung dia.

Baca juga: Catat, Ini Batas Aman Kecepatan Berkendara di Jalan Tol


Soal median jalan

Soal pembatas jalan, Wildan menjelaskan, ada tiga median yang biasa digunakan, yaitu concrete barrier (beton), pagar pengaman jalan (guardrail), dan wire rope.

Selain tiga itu, ada median yang diatur oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), yaitu berupa rumput.

Akan tetapi, median rumput memiliki tingkat fatalitas lebih tinggi, karena meningkatkan risiko kendaraan menyeberang ke jalur lain.

"Ketika terjadi kecelakaan beruntun di Cipali, banyak kendaraan yang menyeberang, KNKT mengeluarkan rekomendasi agar median yang bentuknya seperti itu (rumput) dihilangkan," ujar dia.

"Jadi harus dipasang apakah concrete barrier atau pagar pengaman jalan atau ke wire rope. Itu jangan biarkan dalam bentuk rumput, karena risiko kendaraan nyebarangnya sangat tinggi, itu tabrakan head to head bisa menyebabkan fatalitas lebih tinggi," tambah Wildan.

Baca juga: Tips Aman Berkendara di Jalan Tol

Dua penyebab terbesar kecelakaan jalan tol

Dalam banyak kajian yang dilakukan oleh KNKT, ada dua penyebab terbesar kecelakaan di jalan tol.

Pertama, lost of situation awareness. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh lelah, stres, bingung, dan tidak konsentrasi.

"Ketika mengalami penurunan kewaspadaan dan menghadapi suatu emergency, tiba-tiba ada truk di depan misalnya, kemudian mengambil reaksi berlebihan, itu yang menyebabkan banyak kecelakaan," kata Wildan.

Kedua, lost of control atau kehilangan kendali. Wildan menyebut, dalam kondisi ini sopir seringkali mengalami microsleep atau tidur sesaat.

Faktor pengemudi

Menurut Wildan, seseorang yang mengalami microsleep terkadang tidak sampai memejamkan mata, tetapi pikiran blank.

Padahal, ketika seorang pengemudi tertidur hanya satu detik dengan kecepatan 120 kilometer per jam, kendaraan akan melaju tanpa kendali 28 meter.

"Ini risikonya kan tinggi, jarak mobil dengan MCB atau beton kita yang sebelah kanan kan cuma maksimal 3 meter, sementara 28 meter kita berjalan tanpa kendali. kemungkinan mobil menabrak tebing ya sangat tinggi. Itu yang sering kami temui di jalan tol," tutur dia.

Artinya, mayoritas kecelakaan di jalan tol disebabkan oleh faktor pengemudi, bukan infrastruktur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com