Para pemandu bisa menanyakan kepada penduduk sekitar berapa tinggi air ketika banjir di sungai tersebut hingga meterial apa yang terbawa arus.
"Apakah materi banjir membawa pasir, lumpur air, kayu sampah dan sebagainya. Sejarah dan pengetahuan itu harus didapat dari masyarakat sekitar," ungkap Barkah.
Dari informasi yang didapat itu pemandu bisa memetakan daerah mana yang berbahaya. Daerah yang berbahaya bisa berupa belokan, cekungan, kedung bagian yang dalam, growongan, atau undercut.
Survei perlu dilakukan juga oleh pemandu. Menurut Barkah bisa dilakukan dua sampai tiga kali survei, tergantung materi yang diajarkan.
Baca juga: Cara Cek dan Lapor Pinjol Ilegal, Bisa via Telepon dan Chat WhatsApp
Barkah juga berpesan bahwa skenario keamanan berkegiatan di alam bebas menjadi yang utama, yaitu chek poin apabila terjadi kecelakaan dan lokasi evakuasi.
"Prinsipnya kegiatan yang berisiko, safety first jadi prirotas utama namanya kegiatan di alam bebas punya risiko," pesan Barkah.
Sementara itu dikutip Kompas.com, 25 Februari 2020, Ketua Umum Pengurus Besar Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) periode 2017-2021, Amalia Yunita menambahkan perlunya peralatan yang berkualitas.
Artinya, kata dia, peralatan tersebut haruslah dalam kondisi layak untuk digunakan. Hal ini untuk menghindari risiko bencana atau bahaya yang bisa jadi menimpa saat kegiatan.
Yuni mengatakan menyarankan untuk menghindari menyeberang jembatan jika kondisi sungai membahayakan. Selain itu pelajari hilir sungai.
Peserta kegiatan susur sungai wajib menyeberang di bagian yang hilirnya tenang, bukan di daerah berbahaya seperti terdapat dam, lubang, atau hidrolik.
Lalu jangan menyeberang jika kondisi air tinggi dan cuaca buruk. Cuaca buruk tidak hanya memengaruhi di lokasi tapi juga di hulu sungai.
Menurut Yuni perubahan cuaca harus dipantau dan dikomunikasikan ke lokasi menyeberang.
Dia juga menyarankan kepada peserta untuk menggunakan pelampung saat menyeberang.
Instruktur arung jeram profesional sekaligus pengurus Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Jhon Lede menyarankan, menyusuri sungai di bagian pinggir saja.
"Kalau mau aman susur di pinggiran sungai saja, di sisi kiri atau sisi kanan sungai. Jangan masuk ke aliran sungai, sangat berbahaya," kata Jhon, seperti dikutip dari Kompas.com, 23 Februari 2020.
Menurutnya, menyusuri aliran sungai di bagian tengah memiliki bahaya yang bisa menimbulkan kecelakaan fatal. Jhon menyebutkan ada potensi bahaya banjir bandang hingga mengalami kecelakaan fisik.
"Selain banjir bandang, licinnya batu di sungai dapat membuat kita gampang jatuh dan yang berbahaya bila kepala yang kebentur. Selain itu ada bagian dari aliran sungai yang deras juga ada potensi kita terseret," ungkap Jhon.
Dia juga mengungkapkan bahwa karakteristik batu-batu di sungai rata-rata licin. Ada bagian sungai seperti undercut yang akan menyulitkan untuk keluar bila terseret arus sungai ke bagian tersebut.
(Sumber: Kompas.com/Nicholas Ryan Aditya, Wahyu Adityo Prodjo, Rizal Setyo Nugroho | Editor: Yuharrani Aisyah, Wahyu Adityo Prodjo, Rizal Setyo Nugroho)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.