Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Susur Sungai, Bagaimana Prosedurnya supaya Aman?

Kompas.com - 16/10/2021, 11:30 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

Para pemandu bisa menanyakan kepada penduduk sekitar berapa tinggi air ketika banjir di sungai tersebut hingga meterial apa yang terbawa arus.

"Apakah materi banjir membawa pasir, lumpur air, kayu sampah dan sebagainya. Sejarah dan pengetahuan itu harus didapat dari masyarakat sekitar," ungkap Barkah.

2. Survei

Dari informasi yang didapat itu pemandu bisa memetakan daerah mana yang berbahaya. Daerah yang berbahaya bisa berupa belokan, cekungan, kedung bagian yang dalam, growongan, atau undercut.

Survei perlu dilakukan juga oleh pemandu. Menurut Barkah bisa dilakukan dua sampai tiga kali survei, tergantung materi yang diajarkan.

Baca juga: Cara Cek dan Lapor Pinjol Ilegal, Bisa via Telepon dan Chat WhatsApp

3. Membuat skenario keamanan

Barkah juga berpesan bahwa skenario keamanan berkegiatan di alam bebas menjadi yang utama, yaitu chek poin apabila terjadi kecelakaan dan lokasi evakuasi.

"Prinsipnya kegiatan yang berisiko, safety first jadi prirotas utama namanya kegiatan di alam bebas punya risiko," pesan Barkah.

4. Gunakan peralatan berkualitas

Sementara itu dikutip Kompas.com, 25 Februari 2020, Ketua Umum Pengurus Besar Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) periode 2017-2021, Amalia Yunita menambahkan perlunya peralatan yang berkualitas.

Artinya, kata dia, peralatan tersebut haruslah dalam kondisi layak untuk digunakan. Hal ini untuk menghindari risiko bencana atau bahaya yang bisa jadi menimpa saat kegiatan.

5. Jangan menyeberang saat kondisi tidak aman

Yuni mengatakan menyarankan untuk menghindari menyeberang jembatan jika kondisi sungai membahayakan. Selain itu pelajari hilir sungai.

Peserta kegiatan susur sungai wajib menyeberang di bagian yang hilirnya tenang, bukan di daerah berbahaya seperti terdapat dam, lubang, atau hidrolik.

Lalu jangan menyeberang jika kondisi air tinggi dan cuaca buruk. Cuaca buruk tidak hanya memengaruhi di lokasi tapi juga di hulu sungai.

Menurut Yuni perubahan cuaca harus dipantau dan dikomunikasikan ke lokasi menyeberang.

Dia juga menyarankan kepada peserta untuk menggunakan pelampung saat menyeberang.

6. Hindari bagian tengah sungai

Instruktur arung jeram profesional sekaligus pengurus Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Jhon Lede menyarankan, menyusuri sungai di bagian pinggir saja.

"Kalau mau aman susur di pinggiran sungai saja, di sisi kiri atau sisi kanan sungai. Jangan masuk ke aliran sungai, sangat berbahaya," kata Jhon, seperti dikutip dari Kompas.com, 23 Februari 2020.

Menurutnya, menyusuri aliran sungai di bagian tengah memiliki bahaya yang bisa menimbulkan kecelakaan fatal. Jhon menyebutkan ada potensi bahaya banjir bandang hingga mengalami kecelakaan fisik.

"Selain banjir bandang, licinnya batu di sungai dapat membuat kita gampang jatuh dan yang berbahaya bila kepala yang kebentur. Selain itu ada bagian dari aliran sungai yang deras juga ada potensi kita terseret," ungkap Jhon.

Dia juga mengungkapkan bahwa karakteristik batu-batu di sungai rata-rata licin. Ada bagian sungai seperti undercut yang akan menyulitkan untuk keluar bila terseret arus sungai ke bagian tersebut.

(Sumber: Kompas.com/Nicholas Ryan Aditya, Wahyu Adityo Prodjo, Rizal Setyo Nugroho | Editor: Yuharrani Aisyah, Wahyu Adityo Prodjo, Rizal Setyo Nugroho)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com