Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Fakta Mutasi Varian R.1, Apa Saja?

Kompas.com - 25/09/2021, 09:05 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan varian Delta dari virus corona yang telah melampaui mutasi lainnya, menjadi strain paling dominan.

Strain lain yang telah teridentifikasi, yaitu varian R.1, ditemukan dalam sejumlah kecil kasus Covid-19 di Amerika Serikat dan seluruh dunia.

Melansir Health, varian R.1 telah menginfeksi penghuni dan staf di panti jompo Kentucky, bahkan virus ini telah menginfeksi orang yang sudah mendapatkan vaksinasi lengkap.

Baca juga: Mengenal Varian Delta Plus yang Mulai Terdeteksi di Indonesia

Berikut sejumlah fakta tentang varian R.1:

1. Varian R.1 bukan temuan baru

Mutasi varian R.1 pertama kali teridentifiksasi di Jepang pada 2020, dan kemudian menyebar ke negara lain termasuk AS.

Laporan mingguan Morbiditas dan Kematian dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) pada 21 April, melaporkan adanya mutasi virus ini di AS pada awal April tahun ini.

2. Varian R.1 telah terdeteksi di 47 negara bagian AS

Menurut laporan Newsweek, varian R.1 telah terdeteksi di 47 negara bagian AS, dan dikaitkan dengan 2.259 kasus.

Hingga 22 September, terdapat 10.56 kasus virus R.1 yang dilaporkan terdeteksi di seluruh dunia.

Negara bagian Maryland ditemukan telah mencatat jumlah kasus tertinggi, dengan 399 terdeteksi sejak varian pertama kali diidentifikasi.

Baca juga: Saat WHO dan UNICEF Desak Indonesia Segera Gelar Sekolah Tatap Muka...

Varian R.1 yang dikhawatirkan lebih menular ini telah terdeteksi di 35 negara dan 2 wilayah AS.

Bahkan, virus juga telah teridentifikasi di China, India, dan banyak negara di Eropa Barat.

Meski jumlah infeksi rendah, mutasi baru yang ditemukan pada varian ini bisa membuatnya lebih mudah menyebar.

Baca juga: Varian Delta Plus Ada di Indonesia, Ini Penjelasan Eijkman

3. Varian R.1 disebut lebih resisten terhadap antibodi

Pertama kali teridentifikasi di Jepang, varian R.1 mengandung mutasi yang memungkinkannya melewati perlindungan antibodi pada orang yang telah divaksinasi lengkap.

Mantan Profesor Harvard Medical School William A. Haseltine menjelaskan, ditemukan lima variasi dari varian ini, yang dapat membuat peningkatan resistensi terhadap antibodi.

Ini berarti bisa membuat varian lebih baik dalam menghindari antibodi yang dibuat dengan vaksin dan pada orang yang telah terinfeksi.

Baca juga: Berkaca dari Peristiwa French Open 2021, Benarkah Vaksin Sinovac Belum Diakui Eropa?

4. Varian R.1 berpotensi menginfeksi lebih banyak orang

CDC menjabarakan, varian R.1 mengandung mutasi W152L pada wilayah protein lonjakan yang menjadi target antibodi sehingga berkurang efektivitasnya.

Dalam varian kecil dari jenis Delta yang terdeteksi di India juga mengandung mutasi W15L.

Varian R.1 dapat memengaruhi orang secara berbeda dari virus versi asli, tapi tidak selalu menimbulkan kekhawatiran.

Kecil kemungkinan varian ini menyalip varian Delta, sebagai mutasi virus corona terparah.

Varian ini berpotensi menginfeksi lebih banyak orang yang telah divaksinasi.

Baca juga: Muncul Klaster Sekolah, Apa yang Harus Dilakukan Saat Terinfeksi Covid-19 di PTM?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Kenapa Penyintas Covid-19 Tetap Perlu Divaksin?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com