Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Lebih Dekat Mengenal Ganggang

Kompas.com - 23/09/2021, 14:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENURUT para paleobotaniwan/wati periode masa yang disebut sebagai Prakambirium sekitar lebih dari 2 triliun tahun yang lalu organisme pertama adalah para bakteri kuno yang terdiri dari bakteri kimia, bakteri cahaya, kokus, basil dlsb.

Uralgae

Kemudian menyusul tumbuhan penghasil oksigen pertama diduga adalah apa yang disebut sebagai uralgae alias ganggang purba terdiri dari ganggang biru dan ganggang merah yang belum berklorofil sampai ke ganggang hijau yang sudah “agak” berklorofil.

Menurut para ilmuwan tetumbuhan, bakteri dan ganggang merupakan jenis tetumbuhan paling sederhana dengan ukuran paling mikroskopis yang hadir di seluruh pelosok planet bumi.

Kompleks

Sifat ganggang cukup kompleks sebab bisa hidup berkoloni namun juga bisa hidup sendirian di air tawar, payau, maupun asin, di atas maupun di dalam permukaan bumi bahkan juga di air panas maupun salju pada mahluk hidup flora maupun fauna.

Ganggang hijau mengapung di buih permukaan air dangkal membantu dunia purba menghadirkan kehidupan lebih kompleks dengan menghasilkan oksigen yang sangat penting bagi segenap mahluk hidup yang mutlak membutuhkan oksigen untuk mampu hidup di planet bumi ini.

Ganggang renik berdinding silikat terdiri dari dua bagian saling menutupi bak tumbu ketemu tutup, lazim berwarna coklat keemasan yang akibat pembiasan cahaya bisa memunculkan tata warna pelangi.

Ganggang jingga merupakan jenis hibrida ganggang sekaligus jamur yang tumbuh di permukaan bebatuan dan pepagan pepohonan.

Rumput laut

Saya bukan ganggangomolog namun sekadar seorang penggemar makanan yang disebut sebagai seaweed alias rumput laut, baik merah, hijau atau coklat yang tumbuh di kawasan pesisir.

Rumput laut baik yang merah, hijau atau coklat yang tumbuh di kawasan persisir pada umumnya mencengkeramkan sejenis akar pada dasar laut atau benda padat lainnya dalam fungsi murni cengkeram tanpa fungsi menghisap makanan seperti akar tetumbuhan pada umumnya.

Mayoritas rumput laut bisa dimakan sebagai makanan mau pun obat maka memiliki nilai komersial cukup tinggi bagi manusia.

Beberapa jenis rumput laut juga digunakan sebagai pupuk dan juga sebagai polisakarides zat pemanis pengganti gula.

Brown algae tersebar di zona dingin maka tidak hadir pada perairan tropical seperti misalnya jenis Makrocystis dan Nereosistis di kawasan Pasifik dan Antartika yang ukuran memanjangnya bisa melampaui 33 meter.

Gulfweed (Sargassum) dalam bentuk massa mengapung lepas banyak ditemukan di laut Sargasso dan kawasan Gulf Stream.

Jenis ganggang Ulva yang juga disebut sebagai sayur-mayur laut merupakan jenis relatif langka ganggang hijau divisi rumput laut Chlorophyta karena mengandung klorofil yang menimbulkan wara kehijau-hijuan.

Ekologi

Diyakini oleh para ekolog bahwa ganggang jenis rumput laut berperan sebagai habitat pengembang-biakan untuk perikanan dan jenis marina lain-lainnya dengan melestarikan sumber makanan.

Jenis ganggang lain seperti planktonik algae memegang peran vital dalam menghimpun karbon demi memproduksi 50 persen oksigen planet bumi.

Apabila ada kehidupan di luar planet bumi maka layak diduga kemungkinan terbesar dimiliki oleh mahluk seperti ganggang.

Sangat disayangkan bahwa ekosistem alami rumput laut di planet bumi yang cuma satu dan satu-satunya di alam semesta ini terancam oleh perilaku kerakusan manusia yang tidak peduli agenda pembangunan berkelanjutan yang telah disepakati para negara anggota PBB termasuk Indonesia sebagai pedoman pembangunan planet bumi termasuk maritim abad XXI tanpa merusak alam dan tanpa mengorbankan mahluk hidup.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com