Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efikasi dan Efek Samping 9 Vaksin yang Digunakan di Indonesia

Kompas.com - 18/09/2021, 16:15 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan 9 Izin Penggunaan Darurat/Emergency Use Authorization untuk vaksin Covid-19 di Indonesia.

Adapun yang terakhir pada 7 September 2021, yakni Vaksin Janssen dan Vaksin Convidecia. 

Berikut ini efikasi dan efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dari 9 vaksin tersebut:

Baca juga: Cara Daftar QR Code PeduliLindungi Khusus Gedung Perkantoran

1. Vaksin CoronaVac (Sinovac)

Vaksin Sinovac adalah vaksin Covid-19 pertama di Indonesia yang mendapat izin penggunaan darurat dari BPOM.

Melansir laman BPOM, 11 Januari 2021, Kepala Badan POM Penny K Lukito menjelaskan hasil analisis uji klinik menunjukkan efikasi vaksin CoronaVac di Bandung sebesar 65,3%, di Turki 91,25%, serta di Brazil 78%.

Pada uji klinik fase 3 di Bandung, data imunogenisitas menunjukkan hasil yang baik.

Jumlah subjek yang memiliki antibody untuk melawan virus tersebut yaitu 99,74% setelah 14 hari penyuntikan dan 99,23% setelah 3 bulan.

Sementara itu, efek samping vaksin ini hanya bersifat ringan berupa nyeri, iritasi dan sedang berupa pembengkakan sistemik, nyeri otot, demam dan gangguan sakit kepala. Efek samping tersebut tidak berbahaya dan dapat pulih kembali menurut kepala BPOM.

Baca juga: Butuh 17 Juta Tahun untuk Memainkan Game T-Rex Google Chrome

2. Vaksin Bio Farma

Melansir laman Antaranews, 4 Juli 2021, pada dewasa usia 18-59 tahun, vaksin dari Bio Farma ini disuntikkan ke dalam otot lengan atas (intramuskular) sebanyak 0,5 ml dalam dua dosis dengan selang waktu 14 hari untuk vaksinasi pada situasi darurat pandemi atau selang waktu 28 hari untuk vaksinasi rutin.

Pada lansia usia 60 tahun atau lebih, vaksin ini disuntikkan ke dalam otot lengan atas sebanyak 0,5 ml dalam dua dosis dengan selang waktu 28 hari.

Sedangkan pada anak-anak dan remaja berusia 12-17 tahun, vaksin ini disuntikkan ke dalam otot lengan atas sebanyak 0,5 ml dalam dua dosis dengan selang waktu 28 hari.

Efek samping yang dilaporkan selama studi klinik pada manusia adalah nyeri di tempat injeksi, pembengkakan, eritema, gatal, indurasi, kemerahan, menurunnya sensasi, dan warna kulit yang lebih pudar (discolouration).

Reaksi sistemik yang umum dilaporkan berdasarkan hasil uji klinik adalah nyeri otot, demam, rasa lelah (fatigue), mual, muntah, dan sakit kepala.

Baca juga: Trending di Twitter, di Mana Letak Natuna dan Apa Potensi Perairannya?

3. Vaksin Vaxzevria (AstraZeneca-Oxford)

Melansir Kompas.com, 5 Agustus 2021, Vaksin Vaxzevria ini adalah jenis vaksin vektor virus menggunakan adenovirus simpanse, yang mana vektor virus tersebut digunakan untuk membawa protein spike dari virus corona ke dalam tubuh untuk memicu respons imun.

Berdasarkan studi efikasi vaksin Covid-19, Vaksin Vaxzevria ini menunjukkan nilai keseluruhan 70,4 persen efektif mencegah Covid-19.

Beberapa bulan kemudian, AstraZeneca mengumumkan bahwa vaksinnya 76 persen efektif dalam mencegah penyakit simtomatik.

Sementara itu terhadap varian Delta, dua suntikan Vaksin Vaxzevria 67 persen efektif melawan varian ini. Lalu 74,5 persen efektif terhadap varian Alpha.

Dikutip dari laman resmi Pemerintah Inggris, terdapat beberapa kemungkinan reaksi yang terjadi setelah penyuntikkan vaksin AstraZeneca.

Melansir Kompas.com, 9 Maret 2021, adapun reaksi yang paling umum, yang dapat terjadi lebih dari 1 dari 10 orang, yaitu:

  • Area bekas suntikan vaksinasi terasa nyeri bila ditekan, sakit, terasa hangat, atau muncul memar
  • Umumnya merasa tidak sehat atau tidak enak badan
  • Merasa lelah
  • Menggigil atau merasa demam
  • Sakit kepala (headache)
  • Merasa mual
  • Nyeri sendi atau nyeri otot

Gejala umum lainnya yang kemungkinan timbul, yaitu:

  • Bengkak, kemerahan, atau benjolan di tempat suntikan
  • Demam
  • Menjadi sakit seperti muntah atau diare
  • Mengalami gejala mirip flu, seperti demam tinggi, tenggorokan sakit, pilek, batuk, dan menggigil.

Adapun gejala yang tidak umum yang kemungkinan hanya terjadi 1 kasus di antara 100 orang, yaitu:

  • Merasa pusing (dizzy)
  • Nafsu makan menurun
  • Sakit perut
  • Kelenjar getah bening membesar
  • Keringat berlebih, kulit gatal, atau ruam

Dalam uji klinis terdapat laporan kejadian yang sangat jarang terkait dengan peradangan sistem saraf, yaitu:

  • Dapat menyebabkan mati rasa
  • Kesemutan
  • Kehilangan indra perasa.

Baca juga: Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 21 Dibuka, Segera Daftar!

4. Vaksin Sinopharm

Dilansir dari situs resmi Universitas Gadjah Mada, Prof. Zullies Ikawati, PhD. Apt., mengatakan bahwa dalam uji klinik di Uni Emirat Arab, vaksin Sinopharm memiliki efikasi 78 persen.

Efek samping yang ditemukan dalam uji klinis vaksin Sinopharm adalah efek samping lokal yang ringan, seperti nyeri atau kemerahan di area kulit yang disuntik.

Selain itu, beberapa efek samping sistemik juga mungkin terjadi, seperti sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, diare, dan batuk.

Efek samping tersebut akan segera membaik dan umumnya tidak membutuhkan pengobatan lebih lanjut.

5. Vaksin Moderna

Melansir Kompas.com, 9 September 2021, berdasarkan data uji klinis fase ketiga menunjukkan efikasi vaksin Moderna sebesar 94,1 persen pada kelompok usia 18-65 tahun.

Efikasi vaksin Moderna kemudian menurun menjadi 86,4 persen untuk usia di atas 65 tahun.

Menurut Ketua Komnas KIPI Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, SpA(K), MTropPaed, dilansir Kompas.com, 15 Agustus 2021, sebagian besar KIPI bersifat ringan dan singkat.

Adapun efek samping terbanyak yang dilaporkan adalah nyeri di tempat suntikan. Efek samping lainnya seperti demam, pegal, mual, dan lain-lain lebih rendah lagi laporannya.

Baca juga: Penjelasan Kemenkes soal Rumor Hoaks Biaya Pasien Covid-19 Tak Ditanggung Lagi

6. Vaksin Comirnaty (Pfizer and BioNTech)

Vaksin Comirnaty dikembangkan oleh Pfizer Inc. dan BioNTech. Berdasarkan hasil uji klinik fase III efikasi vaksin ini sebesar 100 persen pada usia remaja 12-15 tahun, kemudian menurun menjadi 95,5 persen pada usia 16 tahun ke atas.

Vaksin Comirnaty diberikan secara intramuskular dengan dua kali penyuntikkan. Setiap penyuntikkan dosis yang diberikan sebesar 0,3 ml dengan interval minimal pemberian antar dosis yaitu 21-28 hari.

Melansir Kompas.com, 17 Juli 2021, efek samping dari penyuntikan vaksin Comirnaty ini adalah nyeri pada tempat suntikan, kelelahan, nyeri kepala, sakit otot, nyeri sendi dan demam.

7. Vaksin Sputnik-V

Vaksin Sputnik V digunakan untuk kelompok usia 18 tahun ke atas. Vaksin ini diberikan secara injeksi intramuscular dengan dosis 0,5 mL untuk 2 kali penyuntikan dalam rentang waktu 3 minggu.

Vaksin yang dikembangkan oleh The Gamaleya National Center of Epidemiology and Microbiology di Russia ini menggunakan platform Non-Replicating Viral Vector (Ad26-S dan Ad5-S).

Efikasinya berdasarkan data uji klinik fase 3 sebesar 91,6 persen dengan rentang confidence interval 85,6- 95,2 persen.

Adapun efek sampingnya berkisar dari ringan hingga sedang, seperti:

  • flu yang ditandai dengan demam
  • menggigil
  • nyeri sendi
  • nyeri otot
  • badan lemas
  • ketidaknyamanan
  • sakit kepala
  • hipertermia
  • reaksi lokal pada lokasi injeksi.

Baca juga: Penjelasan Resmi BMKG soal Potensi Tsunami 28 Meter di Pacitan

8. Vaksin Convidecia

Vaksin yang dikembangkan oleh CanSino Biological Inc dan Beijing Institute of Biotechnology ini hanya diberikan dalam sekali suntikan sebanyak 0,5 mL secara intramuscular pada orang berusia 18 tahun ke atas.

Melansir laman BPOM, 7 September 2021, efikasi Vaksin Convidecia untuk perlindungan pada semua gejala Covid-19 adalah sebesar 65,3% dan untuk perlindungan terhadap kasus Covid-19 berat adalah 90,1%.

KIPI dari pemberian Vaksin Convidecia menunjukkan reaksi ringan hingga sedang.

KIPI lokal yang umum terjadi, antara lain:

  • nyeri
  • kemerahan
  • pembengkakan.

Sementara itu KIPI sistemik yang umum terjadi adalah:

  • sakit kepala
  • rasa lelah (fatique)
  • nyeri otot (myalgia)
  • mengantuk
  • mual (nausea)
  • muntah
  • demam (pyrexia)
  • diare.

9. Vaksin Janssen (Johnson & Johnson)

Vaksin ini dikembangkan oleh Janssen Pharmaceutical Companies. Janssen Covid-19 Vaccine diberikan dalam sekali suntikan sebanyak 0,5 mL secara intramuscular pada orang berusia 18 tahun ke atas.

Masih dari laman BPOM, efikasi Vaksin Janssen untuk mencegah semua gejala (any symptom) Covid-19 adalah sebesar 67,2% dan efikasi untuk mencegah gejala Covid-19 sedang hingga berat (moderate to severe/critical) pada subjek di atas 18 tahun adalah sebesar 66,1%.

Mengutip Kompas.com, 8 September 2021, reaksi lokal maupun sistemik dari pemberian Janssen Covid-19 Vaccine menunjukkan tingkat keparahan grade 1 dan 2.

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) lokal yang umum terjadi, antara lain:

  • nyeri
  • kemerahan
  • pembengkakan.

KIPI sistemik yang umum terjadi adalah:

  • sakit kepala
  • rasa lelah (fatique)
  • nyeri otot (myalgia)
  • mengantuk
  • mual (nausea)
  • muntah
  • demam (pyrexia)
  • diare.

(Sumber: Kompas.com/Wahyuni Sahara, Rosy Dewi Arianti Saptoyo, Lulu Lukyani, Nur Fitriatus Shalihah | Editor: Rizal Setyo Nugroho, Lulu Lukyani, Wahyuni Sahara)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com