Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Kompas.com 26 Tahun, Jernihkan Harapan di Tengah Banjir Informasi dan Kepalsuan Digital

Kompas.com - 14/09/2021, 07:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMPAS.com - Hai, apa kabarmu?

Semoga kabarmu baik karena kesehatan yang dianugerahkan oleh Yang Memberi Hidup dan sekaligus kita upayakan karena syukur kita atas anugerah hidup itu.

Dalam semangat mensyukuri anugerah hidup yang terwujud dalam usia, kami di Kompas.com juga tengah bersyukur.

Selasa (14/9/2021) adalah hari ulang tahun ke-26 Kompas.com.

Perjalanan yang penuh liku dan tantangan menjadi perintis media online di Indonesia yang kemudian tumbuh subur seperti jamur. Tidak hanya secara jumlah, tetapi juga secara usia. 

Baca juga: HUT Ke-26 Kompas.com, Gowes Ziarah dan Berdonasi

Karena itu, mendapati anugerah usia 26 tahun pada hari ini dan masih dijadikan referensi utama serta dipercaya pembaca, adalah sebuah kabar menggembirakan.

Kegembiraan itu menjadi tambahan kekuatan untuk merawat kepercayaan pembaca kepada Kompas.com yang terus tumbuh dan makin tinggi volume serta tuntutannya.

Sebuah tuntutan yang wajar dari makin cerdasnya pembaca. Tuntutan ini menjadi panggilan sekaligus tanggung jawab kami untuk berupaya memenuhinya.

Setiap ulang tahun adalah kesempatan untuk melihat relasi yang terjalin sejak 14 September 1995 ini.

Relasi antara Kompas.com dengan pembaca. Relasi abadi yang mendasari keberadaan kami sebagai media.

Baca juga VlK Kompas.com: Kompas.com, Transformasi Digital Kompas.com 

Selain melihat relasi dengan pembaca, ulang tahun bagi kami adalah kesempatan untuk melihat bagaimana semua perjalanan sejauh ini berawal.

Karena itu, ada tradisi di Kompas Gramedia, setiap unit yang berulang tahun menyediakan waktu untuk berziarah ke makam para pendiri untuk melihat bagaimana perjalanan dimulai.

Begitu juga yang Kompas.com lakukan, setidaknya dua tahun ini. Dua tahun ini menjadi permulaan karena bersamaan dengan berpulangnya Jakob Oetama pada 9 September 2020.

Ulang tahun Kompas.com yang berselang sekitar 40 hari setelahnya kami awali rangkaiannya dengan ziarah kepada para pendiri. 

 

Kami berziarah ke makam pendiri Kompas Gramedia, P.K Ojong di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Minggu (12/9/2021).Kompas.com Kami berziarah ke makam pendiri Kompas Gramedia, P.K Ojong di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Minggu (12/9/2021).
Di sela-sela perjalanan ziarah yang kami lakukan dengan bersepeda itu, kami juga menziarahi teman-teman seperjalanan yang lebih dahulu berpulang dan ada dalam jangkauan.

Karena itu, menjadi kebiasaan baru bagi kami untuk mengawali rangkaian ungkapan syukur karena ulang tahun dengan berziarah ke makam para pendiri dan para pendahulu.

Kami ingin mengingat dan meneguhkan kembali bagaimana semua berawal dan bagaimana semua diperjuangkan.

Selain ke makam Jakob Oetama di Taman Makam Kalibata dan makam PK Ojong di Tanah Kusir, kami ke makam Ervan Hardoko, Moh Latif, dan Kurniasari Aziza di Menteng Atas dan Depok.

Baca juga VIK Kompas.com: Jakob Oetama, The Legacy https://vik.kompas.com/the-legacy-jakob-oetama/

Perjalanan sekitar 75 kilometer bersama 20 teman-teman di unit redaksi dan bisnis, sejatinya kami jalani sendiri-sendiri. Saat sendiri, pengalaman spiritual terjadi.

Apa yang kami ingat dan apa yang kami teguhkan dalam perjalanan ziarah ini umumnya personal.

Ada yang mengingat kebaikan yang didapat karena pekerjaan dan penghidupan yang dimungkinkan.

Ada yang mengingat bagaimana Kompas.com melayani pembaca dari masa ke masa dengan keunikan tantangannya setiap masa.

Saat bercengkerama di sela-sela menabur bunga, pengalaman personal ini diutarakan. Keluar begitu saja dan tentu saja menyegarkan karena terasa baru karena umumnya terpendam di kedalaman.

Pemimpin Umum Harian Kompas, Jakob Oetama (kedua dari kiri) didampingi Content General Manager Kompas.com, Taufik Hidayat Mihardja (kanan), Wartawan Senior Harian Kompas, Agus Parengkuan (belakang), saat mengunjungi Kompas.com, Senin (21/6/2010).KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO Pemimpin Umum Harian Kompas, Jakob Oetama (kedua dari kiri) didampingi Content General Manager Kompas.com, Taufik Hidayat Mihardja (kanan), Wartawan Senior Harian Kompas, Agus Parengkuan (belakang), saat mengunjungi Kompas.com, Senin (21/6/2010).
Saya sendiri, setiap ulang tahun Kompas.com selalu mengingat Jakob Oetama saat pidato penerimaan gelar doctor honoris causa  pada 17 April 2003 di kampusnya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Pidato itu memang tidak ditujukan untuk Kompas.com semata-mata. Pidato itu menjadi semacam penerang jalan tentang bagaimana jurnalisme mengambil peran di tengah banjir dan kerap gelapnya informasi.

Ketika itu, Jakob Oetama mengemukakan sebuah aliran jurnalisme yang menjadi pilihan dan terus menerus diperjuangkan Kompas Gramedia dengan semua unit media: jurnalisme makna.

Saya kutipkan apa yang dikatakan Jakob Oetama:

“Informasi yang dipersepsikan sebagai sumber pengetahuan mulai dikhawatirkan sebagai sumber kecemasan. Lubernya informasi tidak lain berarti bahwa ada jenis informasi yang bukan saja tidak sempat diolah akan tetapi juga sama sekali tidak mungkin dipakai.” 

Apa yang dikatakan Jakob Oetama menjadi nyata dan terang benderang faktanya sekitar 10 tahun kemudian. Pemilihan Presiden 2014 dan perisitiwa-peristiwa setelahnya menegaskan kenyataan hadirnya kecemasan ini.

Informasi yang bisa diproduksi setiap orang karena perkembangan dunia digital dengan semua kemudahannya tidak menghadirkan pengetahuan, tetapi kecemasan.

Kita ada dalam situasi berseberangan dan bersitegang karena informasi yang diajdikan saluran penyampai kecemasan. Pilpres 2014, Pilkada 2017, Pilpers 2019, dan peristiwa-peristiwa lain menegaskan kondisi ini.

Karena itu, mengembalikan informasi sebagai sumber pengetahuan, atau setidaknya mecegah informasi menjadi sumber kecemasan menjadi panggilan. 

Menurut Jakob Oetama, wartawan tidak cukup hanya memberitakan sebuah peristiwa, tapi masuk lebih jauh menggali apa makna dari peristiwa itu. Di sini panggilan jurnalisme makna.

Pencarian makna dalam jurnalisme itu menurut Jakob Oetama mengacu pada politics of values, (apa yang baik dan tidak baik, penting dan tidak penting), bukan politics of power (politik kekuasaan atas dasar kepentingan kelompok atau segelintir orang).

Dalam pemikiran ini, jurnalis dituntut untuk tidak sekadar membuat laporan, tapi laporan yang komprehensif.

Laporan yang berusaha memaparkan seluruh persoalan berikut aneka macam latar belakang, interaksi serta prosesnya.

Gagasan jurnalisme makna ini selalu hadir dan disegarkan kembali panggilananya setiap ulang tahun Kompas.com

Panggilan tidak mudah karena ekosistem digital saat ini tidak cukup ramah dengan kerja-kerja jurnalistik macam ini. 

Strategi diperlukan untuk bisa tetap menjawab panggilan ini sekaligus hidup di ekosistem digital yang tidak cukup ramah dan karenanya perlu diubah.

Jakob OetamaDOK KOMPAS/JITET Jakob Oetama
Sejumlah kompromi dilakukan sebagai siasat hidup tanpa mengkhianati panggilan. Mayat tidak bisa diajak berjuang. Begitu ungkapan Jakob Oetama terkait siasat.

Sambil terus bersiasat dan mengupayakan ekosistem digital menjadi lebih baik untuk kerja-kerja jurnalistik, kami berterima kasih kepada seluruh pembaca Kompas.com yang menguatkan perjalanan 26 tahun ini.

Dengan kepercayaan pembaca yang makin tinggi berikut tuntutannya, tanggung jawab adalah konsekuensi bagi kami.

Tanggung jawab untuk terus melayani dengan informasi yang memberi pengetahuan, bukan kecemasan.

Tanggung jawab untuk terus melayani dengan informasi dengan pijakan nilai-nilai. 

Hadirnya informasi yang memberikan pengetahuan bukan kecemasan dengan pijakan nilai-nilai ini semoga bisa menjernihkan harapan dari sejumlah kepalsuan berkedok informasi.

Salam jernih,

Wisnu Nugroho

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

Tren
Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Tren
Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com