Kuliah jurusan apa yang mudah belajarnya
Mudah saat ujiannya dan nilainya selalu bagus
Lulus dengan cepat, gampang cari kerjanya
Biar dapat gaji besar, hidup kaya raya
Dapat pasangan hidup yang rupawan
Hidup enak, mati masuk surga?
PERTANYAAN dan jawaban klasik di atas selalu saya jumpai saat mengisi kelas perkuliahan di awal semester di berbagai kampus di Depok, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Palu, Pekanbaru, Madiun dan berbagai kota lainnya.
Walau mahasiswa yang saya ajar sudah menetapkan jurusan yang dipilihnya, tak urung mereka masih ragu dengan masa depannya.
Bisa jadi mereka gamang mendengar senior-senior mereka yang masih kesulitan mencari peluang kerja. Atau mereka mulai paham dengan persaingan yang begitu sulit saat melamar menjadi calon aparatur sipil negeri.
Di masa pandemi Covid-19, mahasiswa saya yang memiliki kerja tidak tetap sangat merasakan dampaknya. Jika biasanya ada orderan shooting atau editing video, selama setahun terakhir permintaan sepi.
Sarjana baru yang masih menganggur juga mengalami kesulitan yang sama. Melamar lowongan pekerjaan ke berbagai instansi tidak berbalas.
Yang memilih mengisi waktu dengan menjadi pengemudi online, hasilnya pun sudah tidak sebanyak dulu. Kebijakan bekerja dari rumah (work from home- WFH), pengurangan aktivitas di luar rumah, dan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berdampak pada sepinya orderan.
Belum lagi persaingan sesama pengemudi online yang jumlahnya bisa jadi meningkat di masa pandemi ini. Pekerjaan ini relatif mudah dilakukan dan menjadi pilihan bagi mereka yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Mahasiswa atau alumni yang sedang menunggu penerimaan panggilan kerja dan memilih kerja sementara sebagai barista atau bergiat di kedai-kedai kopi juga mengalami kesulitan serupa.
Pembatasan jam buka, pembatasan kedatangan pengunjung, serta kebijakan untuk melayani hanya pesanan saja selama PPKM membuat anjloknya pendapatan kedai kopi.
Sahabat-sahabat saya yang berprofesi sebagai dosen di perguruan tinggi swasta mengalami situasi yang mengenaskan. Sebelum pandemi, kampusnya sanggup menjaring 200 mahasiswa baru untuk jurusan yang dianggap favorit.
Di masa pandemi, hanya 20 mahasiswa yang masuk di jurusan idola tersebut. Akibatnya, kawan saya di-PHK menjadi dosen. Ia pun jumpalitan mengerjakan apa saja yang bisa dikerjakan demi bisa menghidupi keluarga kecilnya.
Besar dugaan, kemampuan finansial orang tua para calon mahasiswa terimbas pandemi. Salah satu cara menghemat pengeluaran keluarga adalah menunda perkuliahan.