Kembali lagi ke budaya makan orang Minang; ini dilakukan sebagai bentuk kebersamaan dan berbagi.
Baca juga: Resep Ayam Pop Khas Minang, Lauk Sahur Bumbu Tidak Ribet
"Sebanyak-banyaknya makanan, seorang makan dua lauk sudah membuat kenyang," kata Yevita.
Dosen Antropologi Universitas Indonesia, Semiarto Aji Purwanto, menyatakan bahwa budaya makan erat kaitannya bagaimana seseorang memandang makanan dan selera makan.
Maka dari itu, gegar budaya makan saat harus berpindah atau merantau, dalam hal ini dari Sumatera ke Jawa, merupakan hal yang wajar.
Dsen yang akrab disapa Aji itu mengatakan, gegar budaya adalah normal dan sesuatu yang bisa diterima. Sebab, seseorang biasanya lebih nyaman di lingkungan budaya yang sama.
Budaya makan berbeda memang bisa menyebabkan kesulitan dalam skala kecil. Terutama jika fisik harus ikut beradaptasi.
"Dari pakar biologi juga menyebutkan kalau sistem pencernaan kita ini sudah terbentuk lama dari kecil sampai dewasa. Lidah bisa bilang enak tetapi perut kaget. Soal makanan sangat sensitif," jelas Aji.
Ada cara sederhana yang dapat dilakukan saat mengalami gegar budaya makan. Kata kuncinya ialah dengan beradaptasi.
Yevita mengatakan, saat ada orang Minang yang belum terbiasa dengan makanan di tanah rantau biasanya mereka akan memasak makanan sendiri.
Selain membawa bumbu makanan khas kampung halaman, terdapat tantangan lain yang mungkin dihadapi.
Adaptasi makanan cukup berat biasanya terjadi saat orang Minang belum terbiasa dengan beras dari Jawa yang lengket dan pulen. Biasanya mereka akan meminta dikirim beras dari kampung halaman.
"Bahkan rumah makan padang di Jawa pun dari rasanya mungkin tidak sama karena penyesuaian selera dan perbedaan bahan karena perbedaan tanah," ujar Yevita.
Baca juga: Netizen Debat Bandingkan Porsi Lauk di Sumatera dan Jawa, Ini Penjelasan Antropolog
Namun demikian, menurutnya orang Minang tetap akan beradaptasi menganut pepatah Minang "Dima bumi dipijak, di sinan langik dijunjuang".
Pepatah tersebut memiliki arti yang tak jauh beda dengan pepatah yang dikenal secara umum di Indonesia. Yakni, orang Minangkabau harus mampu beradaptasi di tanah rantau, termasuk dalam soal budaya makan dan menghormati budaya makan setempat.
Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Netizen Debat Bandingkan Porsi Lauk di Sumatera dan Jawa, Ini Penjelasan Antropolog"
Sumber: Kompas.com (Penulis: Silvita Agmasari)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.