Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Varian Corona Mu Tak Lebih Ganas dari Delta? Ini Kata Eijkman

Kompas.com - 09/09/2021, 20:31 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatakan, varian baru SARS-CoV-2 Mu atau B.1.621 tak lebih ganas dari varian Delta.

Menurut Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM dr Gunadi, varian Mu oleh WHO dikategorikan dalam variant of Interest (VoI), sedangkan varian Delta masuk kategori Variant of Concern (VoC).

Dilansir dari Antara, Rabu (8/9/2021), karena kategorinya itu, Gunadi menyatakan, varian Delta memiliki level di atas varian Mu.

Baca juga: Saat WHO Pantau Varian Virus Corona Baru Bernama Mu...

Lantas, benarkah varian Delta lebih ganas dan berbahaya dari varian Mu?

Penjelasan Eijkman

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio membenarkan apa yang diungkapkan Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM dr Gunadi.

"Iya, dari pengelompokannya saja kita sudah bisa melihat bahwa varian Delta itu masuk kelompoknya VoC, sedangkan Mu masuknya VoI," katanya kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (9/9/2021) malam.

"Jadi dari situ saja sudah kelihatan bahwa varian Delta membutuhkan perhatian yang lebih besar dari varian Mu," imbuh Amin.

Baca juga: Ramai soal Covid-22, Benarkah Lebih Berbahaya daripada Covid-19?

Menurut dia, suatu varian corona dikategorikan sebagai VoC jika telah menimbulkan permasalahan di public health atau kesehatan masyarakat.

Sementara varian corona dikategorikan VoI apabila memiliki salah satu dari empat sifat tetapi belum menjadi masalah kesehatan masyarakat.

"Empat sifat itu seperti lebih cepat menular, sulit didiagnosis, gejalanya berbeda, dan tidak sensitif lagi terhadap antibodi," kata Amin.

Baca juga: Update Zona Risiko Tinggi Covid-19, Pekan Ini Hanya Tersisa 5 Daerah, Mana Saja?

Belum ada di Indonesia

Pada kesempatan ini, Prof Amin juga memastikan bahwa varian Mu belum terkonfirmasi ada di Indonesia.

Saat ini, katanya, varian yang mendominasi adalah Delta.

"Kalau Delta memang sudah mendominasi di Indonesia, sekitar 90 persen dari virus yang diisolasi dalam dua bulan ke belakang," ucap dia.

Baca juga: Daftar Bantuan dari Pemerintah Selama PPKM dan Cara Mengeceknya

Meski tidak lebih ganas dari Delta dan belum terkonfirmasi di Indonesia, bagaimana seharusnya menyikapi varian Mu?

Menurut Amin, adanya varian virus hanya bisa diketahui dari penelitian di laboratorium.

Namun di luar laboratorium, kita tidak bisa mengetahui varian apa yang di tempat tersebut.

Sehingga, kata dia, dalam upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19, masyarakat tidak perlu mempermasalahkan varian-varian yang ada.

"Jadi apa yang harus dilakukan adalah kewaspadaan universal, prokesnya sama, tetap 6M, kemudian 3T-nya juga sama, vaksinnya juga masih sama," jelas Amin.

Baca juga: Varian Delta Masih Mendominasi di Indonesia, Penularan 5 Kali Lebih Cepat

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Efektivitas Vaksin Covid-19 Tangkal Varian Alpha hingga Delta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com