Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Pasien Covid-19 Gejala Ringan Tetap Isoter: Rawan Badai Sitokin

Kompas.com - 29/08/2021, 22:58 WIB
Artika Rachmi Farmita

Penulis

KOMPAS.com - Pemerintah mengimbau masyarakat yang terkonfirmasi positif Covid-19 untuk dirawat ke tempat isolasi terpusat (isoter) walau hanya menunjukkan gejala ringan. Ini agar memudahkan pemantauan, terutama saat perburukan kondisi seperti badai sitokin.

"Saya ingin mengingatkan kembali, bahwa sekarang sebaiknya bagi semua yang mengalami gejala ringan untuk diisolasi di fasilitas pemerintah, di isolasi terpusat atau isoter isitilahnya," kata Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19 dr. Reisa Broto Asmoro, Jumat (27/8/2021).

Kondisi kesehatan para pasien Covid-19 yang dirawat di isoter akan mudah dipantau dibandingkan mereka yang menjalani isolasi mandiri (isoman). Terutama apabila terjadi perburukan kondisi.

"Selain dapat meringankan beban dan kekhawatiran keluarga di rumah, isoter memudahkan perkembangan kondisi kesehatan kasus terkonfirmasi positif terpantau sehingga bergerak menjadi gejala sedang atau berat, tindakan medis akan jauh lebih cepat dilakukan dan pasien dapat diselamatkan," imbuhnya.

Pemerintah pun telah menyediakan puluhan ribu tempat tidur di fasilitas isoter di Jawa-Bali dan 40 ribu tempat tidur lainnya di luar Jawa dan Bali.

Baca juga: Kendala Pemkab Banyuwangi Pindahkan Pasien Isoman ke Tempat Isoter: Mereka Ada yang Ketakutan...

 

Isoman sumbang angka kematian tinggi

Sebulan terakhir, Indonesia menjadi negara yang mencatatkan kasus kematian harian tertinggi akibat Covid-19.

Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Brigjen TNI (Purn) Alexander Ginting mengatakan, penyebab angka kematian yang tinggi ini adalah keengganan masyarakat menjalani isolasi terpusat.

Pasalnya, masyarakat lebih memilik menjalani isoman ketimbang berada di isoter.

 

"Karena banyaknya pilihan untuk isoman bagi mereka yg positif Covid-19. Padahal penerintah menganjurkan isolasi terpusat (isoter)," tutur Alex seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (24/8/201).

Apabila menjalani isolasi terpusat, kata Alex, masyarakat bisa mendapatkan perawatan lebih baik. "Keuntungan isoter adalah tempat terpusat, ada pendampingan, tersedia tim medik, tersedia obat-obatan, tersedia makan minum, dan menurunkan klaster keluarga," ujarnya.

Baca juga: Pasien Covid-19 Gejala Ringan Tetap Diminta Isolasi Terpusat, Kenapa?

Agar cepat tangani badai sitokin

Ada banyak risiko yang bisa dialami pasien Covid-19 saat menjalani isolasi mandiri. Alex menggarisbawahi kondisi komorbid pasien.

Begitu pula potensi munculnya badai sitokin. Kondisi pasien bisa tidak terkendali apabila tidak terdeteksi lebih awal.

"Isoman sering membawa perburukan, pneumonia, gagal nafas, ARDS (sindrom gangguan pernapasan akut) dan kematian," ujar dia.

Pasien Covid-19 yang mengalami badai sitokin harus segera ditangani secara intensif karena kondisi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ dan mengancam nyawa.

Konsultan Paru Sub Infeksi RSUP Persahabatan, dr Erlina Burhan MSc SpP(K) menjelaskan, pada prinsipnya, jika ada virus yang masuk ke dalam organ paru di tubuh, reaksi yang timbul adalah keluarnya sitokin-sitokin.

Baca juga: Kerusakan Organ akibat Badai Sitokin, Bisakah Disembuhkan?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com