KOMPAS.com - Pembohong pasti meninggalkan jejak. Namun sayang, tak semua orang bisa menelusuri jejak yang ada.
Hal ini diungkapkan oleh Pamela Mayer, penulis buku Liespotting: Techven Techvened to Detected Deception.
Mayer mengungkap bahwa selama ini semua orang mengira bahwa ketika berbohong seseorang akan melakukan gerakan tak terstruktur baik dengan tangan maupun kaki. Padahal tak semua orang yang berbohong akan melakukan gerakan-gerakan absurd itu.
Baca juga: Untuk Penderita Anxiety, Ini Cara Meredakan Kecemasan di Tengah Kabar Duka
"Beberapa pembohong justru diam dan tenang, membeku, karena ia tengah berkonsentrasi dengan kebohongannya. Begitu pula dengan mitos yang mengatakan seseorang yang berbohong tak berani menatap mata lawan bicaranya. Faktanya, beberapa pembohong berani menatap lama dan dalam," begitu papar Mayer, dikutip dari Reader's Digest.
Lebih lanjut, Mayer yang dikenal sebagai pakar berbohong dan pakar mengenali kebohongan ini mengatakan bahwa untuk menangkap basah seorang pembohong kita perlu mengenali dua hingga tiga tanda yang ada.
Kalau hanya satu tanda, belum bisa jadi bukti yang valid untuk menyatakan seseorang tengah mengatakan kebohongan.
Baca juga: Stres Bisa Mengubah Warna Rambut? Ini Penjelasannya
Berikut ini adalah tanda-tanda seseorang tengah berbohong:
1. Tersenyum
2. Mengemukakan terlalu banyak detil
Tanda kedua, pembohong juga biasanya mengemukakan terlalu banyak detil dalam sebuah cerita. Hal ini mereka gunakan untuk meyakinkan lawan bicaranya.
Bahkan terkadang, untuk lebih meyakinkan, mereka membumbuinya dengan berbagai sumpah atas nama Tuhan dan sebagainya.
Baca juga: Redakan Kecemasan, Peluk Diri Sendiri dengan Butterfly Hug
3. Minim ekspresi
Atau, seseorang yang berbohong justru akan menceritakan suatu kejadian dengan sangat singkat dan mengakhirinya dengan sangat mudah. Ketika menceritakan ini, ia juga akan minim ekspresi.
Seseorang yang menceritakan kejujuran selalu memiliki ekspresi yang "berwarna-warni", berubah-ubah sesuai alur cerita. Ia juga akan menceritakan suatu kejadian dengan urutan yang tak berurutan, sesuai dengan pengalaman emosi yang dialaminya.
Baca juga: Manajemen Stres di Masa PPKM untuk Kaum Ekstrovert dan Introvert