Adapun pemerintah Afsel telah menetapkan target untuk mencapai setidaknya 300.000 vaksinasi Covid-19 dalam satu hari pada akhir bulan ini, namun hanya berhasil memvaksiansi 195.000 orang dalam 24 jam terakhir.
Hal tersebut bertujuan memberikan setidaknya satu dosis vaksin Covid-19 kepada 35 juta penduduk pada Desember, dengan sekitar 7,7 juta orang saat ini.
Vaksin yang digunakan yaitu Johnson & Johnson dan Pfizer-BioNTech.
Baca juga: Viral, Twit Uang Rp 100.000 Rusak Dimakan Rayap, Bisakah Ditukar dengan yang Baru?
Sebuah studi kesehatan masyarakat Inggris telah menemukan bahwa perlindungan salah satu dari dua vaksin Covid-19 yang paling umum digunakan terhadap varian Delta melemah dalam waktu tiga bulan.
Selain itu, ditemukan juga orang yang terinfeksi setelah menerima dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech atau AstraZeneca, kemungkinan berisiko lebih besar bagi orang lain daripada di bawah varian virus corona sebelumnya.
Berdasarkan lebih dari tiga juta usap hidung dan tenggorokan yang diambil di seluruh Inggris, studi Universitas Oxford menemukan bahwa 90 hari atau tiga bulan setelah suntikan kedua vaksin Pfizer-BioNTech atau AstraZeneca, kemanjurannya dalam mencegah infeksi masing-masing turun menjadi 75 persen dan 61 persen.
Ini turun dari masing-masing 85 persen dan 68 persen, terlihat dua minggu setelah dosis kedua.
Diberitakan CNA, penurunan kemanjuran lebih menonjol di antara kelompok usia 35 tahun ke atas daripada yang berusia di bawah itu.
Para peneliti tidak akan memproyeksikan berapa banyak lagi perlindungan yang akan turun dari waktu ke waktu, tapi menyarankan kemanjuran kedua vaksin yang dipelajari akan menyatu dalam 4-5 bulan setelah suntikan kedua.
Viral load
Menyoroti peningkatan risiko penularan dari varian Delta, penelitian ini juga menunjukkan orang yang terinfeksi meski telah divaksinasi lengkap cenderung mempunyai viral load yang serupa dengan yang tidak divaksinasi.
Temuan Oxford sejalan dengan analisis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, dan datang saat pemerintah menguraikan rencana untuk membuat suntikan penguat vaksin Covid-19 tersedia secara luas bulan depan di tengah peningkatan infeksi varian Delta.
Israel mulai memberikan dosis Pfizer ketiga bulan lalu untuk menghadapi infeksi lokal yang didorong varian Delta.
Beberapa negara Eropa juga diharapkan mulai menawarkan booster kepada orang tua dan orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah.
Pfizer mengungkapkan bahwa kemanjuran vaksinnya menurun seiring waktu, sementara bulan lalu AstraZeneca mengklaim masih mencari tahu berapa lama vaksinnya bertahan dan booster diperlukan untuk menjaga kekebalan.
Survei yang belum ditinjau sejawat sebelum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah ini, menggarisbawahi kekhawatiran para ilmuwan bahwa varian Delta, yang pertama kali diidentifikasi di India, dapat menginfeksi orang yang divaksinasi penuh pada tingkat lebih besar daripada garis keturunan sebelumnya, serta orang yang divaksinasi dapat lebih mudah menularkannya.
Untuk membedakan periode sebelum dan sesudah Delta, para peneliti Oxford menganalisis sekitar 2,58 juta swab yang diambil dari 380.000 orang dewasa yang dipilih secara acak antara 1 Desember 2020 hingga 16 Mei 2021, dan 810.000 hasil tes dari 360.000 peserta antara 17 Mei-1 Agustus 2021.
Studi ini dilakukan dalam kemitraan dengan Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS) dan Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial (DHSC).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.