Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Update Corona 20 Agustus: Singapura Buka Jalur Perjalanan untuk Jerman dan Brunei

Berdasarkan data dari Worldometers, Jumat (20/8/2021) pukul 06.00 WIB, virus penyebab Covid-19 ini telah menginfeksi 210.770.524 orang secara global.

Dari jumlah tersebut, 188.699.617 kasus telah dinyatakan sembuh dan virus menewaskan 4.415.899 orang di seluruh dunia.

Berikut lima negara dengan kasus infeksi Covid-19 terbanyak:

1. Amerika Serikat

Amerika Serikat masih menjadi negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia, yaitu dilaporkan sebanyak 38.222.040 kasus, dengan 30.375.764 di antaranya telah sembuh.

Adapun kematian akibat virus corona di AS juga menduduki peringkat pertama secara global, sebanyak 643.067 kasus.

2. India

Secara keseluruhan virus telah menginfeksi 32.358.202 orang di negara ini, membuat India berada di posisi kedua negara dengan kasus infeksi terbanyak di dunia.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 31.554.128 kasus telah dinyatakan sembuh dan virus SARS-CoV-2 telah menewaskan 433.622 orang di India.

3. Brasil

Brasil berada di posisi ketiga negara dengan kasus infeksi Covid-19 terbanyak di seluruh dunia, dengan dilaporkan virus corona telah menginfeksi sebanyak 20.494.212 orang di Brasil.

Dari total kasus tersebut, sebanyak 19.393.047 orang telah dinyatakan pulih dan virus corona telah menewaskan 572.641 orang di negara ini.

4. Rusia

Rusia berada di posisi keempat negara dengan kasus infeksi terbanyak, dengan sejauh ini telah dilaporkan adanya 6.684.531 kasus terkonfirmasi positif Covid-19.

Dari jumlah tersebut, 5.963.054 orang yang terpapar virus telah sembuh dan 173.700 orang di negara ini dinyatakan meninggal dunia akibat Covid-19.

5. Perancis

Perancis menjadi negara kelima dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia, dengan terdapat 6.557.356 kasus positif infeksi Covid-19.

Infeksi virus corona telah menewaskan 113.103 orang di negara ini.

Singapura izinkan pelancong dari Jerman dan Brunei

Singapura akan meluncurkan jalur perjalanan pertama dengan Jerman dan Brunei pada 8 September mendatang.

Di bawah jalur perjalanan, pelancong vaksinasi penuh yang berangkat dari Jerman dan Brunei dapat memasuki Singapura tanpa memberikan pemberitahuan tinggal di rumah khusus untuk karantina.

Kendati demikian, para pelancong tetap harus menjalani beberapa tes Covid-19 saat berada di Singapura.

Tes itu, yakni tes PCR Covid-19, tes pra-keberangkatan dalam waktu 48 jam dari jadwal penerbangan, tes kedatangan di Bandara Changi, dan tes pasca-kedatangan pada hari ketiga dan ketujuh di klinik yang ditunjuk Singapura.

Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS) menyampaikan, skema ini terbuka untuk semua tujuan perjalanan, baik liburan, bisnis, maupun mengunjungi keluarga.

Melansir CNA, apabila yang bersangkutan gagal menyelesaikan tes yang diperlukan, maka dapat dikenakan biaya berdasarkan Undang-Undang Penyakit Menular.

Wisatawan yang tidak memenuhi syarat, dapat dikeluarkan pemberitahuan tinggal di rumah untuk karantina di fasilitas khusus.

Adapun seseorang dianggap divaksinasi lengkap dua minggu setelah menerima kedua dosis Pfizer-BioNTech, Moderna, atau vaksin lain yang terdaftar di bawah daftar penggunaan darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seperti Sinovac dan AstraZeneca.

Perlu diketahui, anak-anak di bawah usia 12 tahun yang belum dapat divaksinasi tidak dapat melakukan perjalanan di bawah skema ini.

Para pelancong tidak perlu mengikuti rencana perjalanan yang terkendali, tapi harus tetap berada di Singapura atau negara keberangkatan, Jerman atau Brunei, dalam 21 hari terakhir berturut-turut sebelum bertolak ke Singapura.

Selain itu juga harus melakukan perjalanan ke Singapura dengan penerbangan non-stop yang ditunjuk, yang hanya akan melayani pelancong di jalur perjalanan yang divaksinasi.

Perjalanan yang ditunjuk dari Jerman akan dijalankan Singapore Airlines dan Lufthansa, dengan rencananya ada tujuh penerbangan seminggu atau satu penerbangan sehari dari Frankfurt atau Munich.

Sementara itu, Singapore Airlines dan Royal Brunei Airlines akan menjalankan penerbangan yang ditunjuk dari Brunei ke Singapura, dengan tiga penerbangan seminggu.

Di luar jalur perjalanan yang divaksinasi, Singapura akan memperketat tindakan pengendalian perbatasan bagi orang-orang yang mempunyai riwayat perjalanan ke Brunei, karena meningkatkan jumlah kasus Covid-19 di negara tersebut.

Afrika Selatan buka vaksinasi untuk usia 18-35 tahun

Afrika Selatan membuka vaksinasi Covid-19 untuk kelompok usia 18-35 tahun mulai 20 Agustus 2021.

Pemerintah mengungkapkan bahwa ini menjadi salah satu upaya meningkatkan imunisasi.

Afrika Selatan telah mencatat infeksi dan kematian virus corona terbanyak di benua Afrika, tapi sejauh ini hanya memvaksinasi penuh kurang dari 8 persen dari 60 juta populasinya.

“Sebagai bagian dari peningkatan program peluncuran vaksinasi, disetujui vaksinasi orang berusia 18-35 tahun mulai 20 Agustus,” ujar pemerintah seperti dikutip dari CNA, Jumat (20/8/2021).

Kampanye vaksinasi Afsel dimulai perlahan karena kegagalan birokrasi dan negosiasi yang berat dengan perusahaan farmasi.

Dosis vaksin pertama diberikan kepada petugas kesehatan dalam studi penelitian dari pertengahan Februari lalu, sebelum orang tua divaksinasi dari pertengahan Mei, sebelum prang tua divaksinasi dari pertengahan Mei.

Mulai 1 Agustus, kelompok usia 35 tahun ke atas memenuhi syarat untuk menerima vaksin.

Adapun pemerintah Afsel telah menetapkan target untuk mencapai setidaknya 300.000 vaksinasi Covid-19 dalam satu hari pada akhir bulan ini, namun hanya berhasil memvaksiansi 195.000 orang dalam 24 jam terakhir.

Hal tersebut bertujuan memberikan setidaknya satu dosis vaksin Covid-19 kepada 35 juta penduduk pada Desember, dengan sekitar 7,7 juta orang saat ini.

Vaksin yang digunakan yaitu Johnson & Johnson dan Pfizer-BioNTech.

Studi: Kemanjuran vaksin berkurang di bawah varian Delta

Sebuah studi kesehatan masyarakat Inggris telah menemukan bahwa perlindungan salah satu dari dua vaksin Covid-19 yang paling umum digunakan terhadap varian Delta melemah dalam waktu tiga bulan.

Selain itu, ditemukan juga orang yang terinfeksi setelah menerima dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech atau AstraZeneca, kemungkinan berisiko lebih besar bagi orang lain daripada di bawah varian virus corona sebelumnya.

Berdasarkan lebih dari tiga juta usap hidung dan tenggorokan yang diambil di seluruh Inggris, studi Universitas Oxford menemukan bahwa 90 hari atau tiga bulan setelah suntikan kedua vaksin Pfizer-BioNTech atau AstraZeneca, kemanjurannya dalam mencegah infeksi masing-masing turun menjadi 75 persen dan 61 persen.

Ini turun dari masing-masing 85 persen dan 68 persen, terlihat dua minggu setelah dosis kedua.

Diberitakan CNA, penurunan kemanjuran lebih menonjol di antara kelompok usia 35 tahun ke atas daripada yang berusia di bawah itu.

Para peneliti tidak akan memproyeksikan berapa banyak lagi perlindungan yang akan turun dari waktu ke waktu, tapi menyarankan kemanjuran kedua vaksin yang dipelajari akan menyatu dalam 4-5 bulan setelah suntikan kedua.

Viral load

Menyoroti peningkatan risiko penularan dari varian Delta, penelitian ini juga menunjukkan orang yang terinfeksi meski telah divaksinasi lengkap cenderung mempunyai viral load yang serupa dengan yang tidak divaksinasi.

Temuan Oxford sejalan dengan analisis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, dan datang saat pemerintah menguraikan rencana untuk membuat suntikan penguat vaksin Covid-19 tersedia secara luas bulan depan di tengah peningkatan infeksi varian Delta.

Israel mulai memberikan dosis Pfizer ketiga bulan lalu untuk menghadapi infeksi lokal yang didorong varian Delta.

Beberapa negara Eropa juga diharapkan mulai menawarkan booster kepada orang tua dan orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah.

Pfizer mengungkapkan bahwa kemanjuran vaksinnya menurun seiring waktu, sementara bulan lalu AstraZeneca mengklaim masih mencari tahu berapa lama vaksinnya bertahan dan booster diperlukan untuk menjaga kekebalan.

Survei yang belum ditinjau sejawat sebelum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah ini, menggarisbawahi kekhawatiran para ilmuwan bahwa varian Delta, yang pertama kali diidentifikasi di India, dapat menginfeksi orang yang divaksinasi penuh pada tingkat lebih besar daripada garis keturunan sebelumnya, serta orang yang divaksinasi dapat lebih mudah menularkannya.

Untuk membedakan periode sebelum dan sesudah Delta, para peneliti Oxford menganalisis sekitar 2,58 juta swab yang diambil dari 380.000 orang dewasa yang dipilih secara acak antara 1 Desember 2020 hingga 16 Mei 2021, dan 810.000 hasil tes dari 360.000 peserta antara 17 Mei-1 Agustus 2021.

Studi ini dilakukan dalam kemitraan dengan Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS) dan Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial (DHSC).

https://www.kompas.com/tren/read/2021/08/20/074848165/update-corona-20-agustus-singapura-buka-jalur-perjalanan-untuk-jerman-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke