Jika penderita ingin mengontrolnya, maka kurangi asupan sumber-sumber purin.
Sementara itu, jika penyebab kolesterolnya 75 persen berasal dari kolesterol yang dibentuk oleh tubuh, maka tindakan untuk menurunkannya adalah dengan konsumsi obat penekan kolesterol.
"Apabila dia ingin tahu apakah kadar kolesterolnya berasal dari metabolisme tubuh atau tidak, bisa dengan melakukan periksa lab darah," ujar Samuel.
Ia menambahkan, jika penyebab kolesterol tinggi adalah metabolisme tubuh, maka akan terus mengonsumsi obat penekan kolesterol seumur hidupnya.
"Tapi enggak perlu takut, obatnya kalau bisa dibilang tidak ada efek sampingnya, kecil sekali," kata Samuel.
Ahli gizi, DR dr Tan Shot Yen, M. Hum, mengatakan, ada lima gaya hidup yang membuat asam urat, kolesterol, maupun gula darah naik.
1. Semakin maraknya produk ultra-proses. Tingginya gula garam lemak dan banyaknya gerai-gerai makanan kekinian yang menggunakan bahan-bahan baku pabrikan untuk meracik produknya semenarik mungkin.
2. Pembiaran. Menurut Tan, edukasi dari pihak pemerintah harusnya cukup kuat dan serius mengenai keprihatinan kesehatan masyarakat.
"Yang menyedihkan justru keberpihakan (pemerintah) pada industri produk olahan, bahkan mulai dari pangan bayi sampai anak," ujar Tan saat dihubungi terpisah oleh Kompas.com, Sabtu (31/7/2021).
3. Literasi gizi publik yang minim. Tan mengatakan, masih banyak masyarakat yang belum memahami bagaimana membaca label gizi.
"Istilah per porsi, angka kecukupan gizi (AKG), sama sekali zonk," ujar Tan.
4. Permainan tidak cantik. Untuk faktor ini, Tan menjelaskan, masyarakat terlaku berfokus pada masalah kesehatan pada penyakit menular, namun mereka tidak sadar bahwa penyakit tidak menular (PTM) seperti obesitas, kanker, diabetes, hipertensi, dan lainnya juga perlu diperhatikan.
5. Industri berat sebelah. Tan mengatakan, faktor ini karena saat pemerintah telah kehabisan daya, muncul utang, dan berimbas pada industri yang akan semakin merapat ke para pemangku kebijakan.
Menurut Tan, unsur-unsur seperti pemerintah, masyarakat, akademisi, pelaku usaha, dan media harus saling menjalankan upaya promotif dan preventif.
Namun, jika berat sebelah, maka akan muncul produk-produk yang jauh dari konsep sehat.