Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Peringatkan Kemungkinan Adanya Varian Baru Corona Asal Indonesia

Kompas.com - 24/07/2021, 16:20 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com – Hingga saat ini, terdapat empat varian virus corona yang dikategorikan sebagai variant of concern dan telah terdeteksi di Indonesia, salah satunya adalah varian Delta.

Melalui sampel yang diambil di Jakarta dan Palembang pada Januari lalu, varian Delta pertama kali terdeteksi.

Penularan varian Delta yang sangat cepat membuatnya mudah menyebar ke berbagai wilayah lain di Indonesia dan mendominasi kasus Covid-19.

Menurut Dicky Budiman, epidemiolog dan dosen di Griffith University Australia, setiap virus berpindah inang, ia akan mengalami cacat atau mutasi kecil.

Alhasil, virus bisa melemah atau justru menguat. Dicky mengatakan, potensi virus menguat akan semakin tinggi seiring dengan tingkat penyebarannya.

Baca juga: Waspadai, Berikut Ini 12 Gejala Covid-19 Varian Delta

“Ketika penyebaran Covid-19 semakin tidak terkendali, maka potensi mutasi akhirnya akan melahirkan varian baru yang merugikan masyarakat. Pada negara-negara yang menghasilkan varian mutasi baru ini, umumnya positivity rate-nya jauh di atas 10 persen. Artinya, sangat tidak terkendali,” ujar Dicky kepada DW Indonesia, sebagaimana diberitakan Kompas.com (19/7/2021).

“Menurut saya, di Indonesia sudah ada varian asli Indonesia yang tidak ditemukan di dunia. Kita perlu surveillance genome (pemantauan genom virus) yang memadai,” imbuhnya.

Dicky menjelaskan, ada tiga kriteria yang harus dipenuhi virus varian baru agar masuk kategori yang mengkhawatirkan.

Tiga kriteria tersebut adalah kecepatan penularan, kemampuan menimbulkan gejala yang parah bahkan kematian, dan kemampuan menurunkan efikasi antibodi setelah vaksinasi.

Jika varian baru virus corona memenuhi tiga kriteria tersebut, ia disebut sebagai varian Super.
Varian Delta yang pertama kali dideteksi di India mendekati varian itu (varian Super). Mendekati saja sudah bisa seperti ini,” kata Dicky.

Baca juga: Virus Corona dan Alasan XXI Hentikan Operasional Sementara Bioskop...

Menurut Dicky, varian di Indonesia belum masuk kategori varian Super. Namun, ia memperingatkan kemungkinan adanya varian baru yang berbahaya.

“Varian di Indonesia memang belum masuk kategori varian Super, tetapi itu saja sudah membuktikan di wilayah kita tidak terkendali. Otomatis bisa tercipta varian baru yang berbahaya dan mendekati Super. Ini perkara waktu saja,” lanjutnya.

Dicky mengingatkan, cara yang paling penting untuk mencegah munculnya varian baru yang lebih ganas adalah dengan menghambat penyebarannya.

Dicky juga menyarakan agar setiap orang yang melakukan perjalanan antarkota atau provinsi melaksanakan isolasi mandiri untuk memastikan mereka tidak tertular selama perjalanan.

“Kalau dia belum divaksin, perlu isoman (isolasi mandiri) selama 10-14 hari, sedangkan bagi yang sudah divaksin, cukup karantina di rumah selama tujuh hari sebelum masuk kantor lagi. Jangan kurang dari itu,” jelas Dicky.

Sumber: Kompas.com (Gloria Setyvani Putri)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com