Dicky menjelaskan, untuk saat ini Covid-19 masih berstatus sebagai pandemi dan belum berubah menjadi penyakit endemi.
"Artinya, enggak ada negara yang bisa bilang ini sudah endemik. Jangankan Singapura, Australia saja yang bagus (penanganan pandeminya) tidak seperti itu. Karena kalau begitu pilihan strateginya (akan) banyak yang meninggal nanti, banyak yang dirawat," jelas Dicky.
Baca juga: Yakin Virus Corona Tak Bisa Lenyap, Singapura Berencana Tangani Covid-19 seperti Endemik
Dicky juga menegaskan, new normal yang diwacanakan Singapura dalam menghadapi Covid-19 adalah rencana jangka panjang, dan bukan terjadi saat ini.
Kenormalan baru yang dimaksud juga bukan berarti bebas sebebas mungkin tanpa adanya aturan apa pun.
"New normal itu terbiasa memakai masker, menjaga jarak, sirkulasi ventilasi ruangan itu baik, vaksinasi akan terus dilakukan tiap tahun, membatasi mobilitas, itu hal-hal yang disebut berdampingan normal. Jadi bukan berarti bebas, bukan seperti itu. Ini pemahaman tidak tepat," ungkap dia.
Semua itu harus tetap dilakukan demi menekan angka kesakitan juga kematian di masyarakat.
Apakah Indonesia dapat mengikuti langkah yang dilakukan Pemerintah Singapura?
Dicky menyebutkan, rencana Singapura itu bisa juga dilakukan oleh negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Sebab, pada dasarnya, tidak ada rahasia untuk setiap negara hidup berdampingan dengan Covid-19.
Baca juga: Singapura Persiapkan Rencana Hidup Bersama Covid-19
Namun, Dicky mengingatkan, kuncinya terletak di 3T (test, tracing, treatment), 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi), dan vaksinasi.
"Indonesia ya sama, kita harus melakukan 3T, 5M, vaksinasi. Namun, yang jadi masalah adalah penguatan dari respons itu yang belum memadai (di Indonesia)," sebut Dicky.
Sementara kondisi saat ini, dia menilai 3T di pemerintah masih belum kuat, dan 5M di masyarakat pun sama saja, serta masih banyak orang yang belum bisa berdisiplin diri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.