KOMPAS.com - Singapura mempersiapkan rencana jangka panjang dengan blueprint atau cetak biru untuk hidup dengan Covid-19, setelah 18 bulan bertempur menghadapi pandemi.
Gagasan new normal itu disampaikan oleh tiga menteri yang tergabung dalam Satgas Covid-19 Antar-Kementerian Singapura dalam kolom opini The Straits Times, Kamis (24/6/2021).
Ketiga menteri itu adalah Menteri Industri dan Perdangan Gan Kim Yong, Menteri Keuangan Lawrence Wong, dan Menteri Kesehatan Ong Ye Kung.
Mereka menyebutkan, virus corona penyebab Covid-19 diyakini tidak akan dapat dilenyapkan dan akan menjadi endemik.
Baca juga: 4 Kunci Singapura Persiapkan Hidup Bersama Covid-19
Sebelumnya, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada akhir Mei lalu mengatakan, pandemi ini akan mereda suatu hari nanti, tetapi Covid-19 tidak akan hilang.
"Di era new normal ini, kita harus belajar untuk melanjutkan hidup meskipun virus ada di tengah-tengah kita. Harapan kita menjaga seluruh masyarakat tetap aman, tetapi juga harus menerima bahwa ada beberapa orang yang akan terinfeksi setiap waktu," kata Lee, dikutip dari pernyataannya yang ditayangkan The Straits Times.
Lee menjelaskan, new normal adalah mengendalikan Covid-19 dengan tindakan kesehatan publik 3T, yaitu test, tracing, dan treatment, tindakan pencegahan secara pribadi (protokol kesehatan), dan pemberian vaksinasi secara reguler atau setiap tahunnya.
Dengan demikian, Covid-19 akan diperlakukan sama dengan penyakit lain yang sudah ada sebelumnya, seperti flu musiman atau demam berdarah.
"Di era new normal, Covid-19 tidak akan mendominasi hidup kita, masyarakat kita sebagian besar telah divaksin dan mungkin akan disuntik setiap tahunnya. Kita akan sering diuji, tetapi itu akan cepat dan mudah," sebut dia.
Baca juga: Singapura Persiapkan Hidup Bersama Covid-19, Epidemiolog: Bukan untuk Saat Ini
Dikutip dari Worldometers (28/6/2021), Singapura, negara dengan 5.895.734 penduduk itu, sejauh ini telah melaporkan 62.544 kasus positif infeksi Covid-19, 62.195 orang pulih, dan korban meninggal sebanyak 36 orang.
Kasus aktif 313 orang dan pasien kritis 4 orang.
Mengenai jumlah tes, Singapura melakukan 13.287.834 kali tes, atau 2.253.805 tes per 1 juta populasi.
Dari data Our World in Data, Singapura telah melakukan 5,03 juta vaksinasi, sebanyak 2,06 juta di antaranya sudah divaksinasi lengkap atau 36,1 persen dari populasi.
Ramai soal Singapura yang mewacanakan new normal dan hidup bersama Covid-19, epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyebutkan, hal itu kemungkinan baru bisa terlaksana dua tahun lagi.
"Kalau dicermati, sebetulnya itu sikap nanti, akhir tahun depan atau dua tahun lagi, bukan saat ini," kata Dicky saat dihubungi, Senin (28/6/2021).
Dicky menjelaskan, untuk saat ini Covid-19 masih berstatus sebagai pandemi dan belum berubah menjadi penyakit endemi.
"Artinya, enggak ada negara yang bisa bilang ini sudah endemik. Jangankan Singapura, Australia saja yang bagus (penanganan pandeminya) tidak seperti itu. Karena kalau begitu pilihan strateginya (akan) banyak yang meninggal nanti, banyak yang dirawat," jelas Dicky.
Baca juga: Yakin Virus Corona Tak Bisa Lenyap, Singapura Berencana Tangani Covid-19 seperti Endemik
Dicky juga menegaskan, new normal yang diwacanakan Singapura dalam menghadapi Covid-19 adalah rencana jangka panjang, dan bukan terjadi saat ini.
Kenormalan baru yang dimaksud juga bukan berarti bebas sebebas mungkin tanpa adanya aturan apa pun.
"New normal itu terbiasa memakai masker, menjaga jarak, sirkulasi ventilasi ruangan itu baik, vaksinasi akan terus dilakukan tiap tahun, membatasi mobilitas, itu hal-hal yang disebut berdampingan normal. Jadi bukan berarti bebas, bukan seperti itu. Ini pemahaman tidak tepat," ungkap dia.
Semua itu harus tetap dilakukan demi menekan angka kesakitan juga kematian di masyarakat.
Apakah Indonesia dapat mengikuti langkah yang dilakukan Pemerintah Singapura?
Dicky menyebutkan, rencana Singapura itu bisa juga dilakukan oleh negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Sebab, pada dasarnya, tidak ada rahasia untuk setiap negara hidup berdampingan dengan Covid-19.
Baca juga: Singapura Persiapkan Rencana Hidup Bersama Covid-19
Namun, Dicky mengingatkan, kuncinya terletak di 3T (test, tracing, treatment), 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi), dan vaksinasi.
"Indonesia ya sama, kita harus melakukan 3T, 5M, vaksinasi. Namun, yang jadi masalah adalah penguatan dari respons itu yang belum memadai (di Indonesia)," sebut Dicky.
Sementara kondisi saat ini, dia menilai 3T di pemerintah masih belum kuat, dan 5M di masyarakat pun sama saja, serta masih banyak orang yang belum bisa berdisiplin diri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.