Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singapura Persiapkan Hidup bersama Covid-19, Epidemiolog: Bukan untuk Saat Ini

Kompas.com - 28/06/2021, 15:30 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Singapura berencana untuk hidup berdampingan dengan Covid-19, yang diyakini tidak akan bisa hilang dan akan menjadi endemik.

Untuk mewujudkan rencana itu, Satgas Covid-19 Singapura, yang terdiri dari berbagai Kementerian terkait, tengah menyiapkan sebuah cetak biru.

Ada empat faktor kunci yang diyakini dapat mendorong terwujudnya kehidupan normal berdampingan dengan Covid-19 terealisasikan di Singapura, meliputi:

  • Vaksinasi
  • Testing
  • Pengobatan
  • Tanggung jawab sosial

Baca juga: 4 Kunci Singapura Persiapkan Hidup Bersama Covid-19

Apakah Indonesia juga perlu menyiapkan rencana serupa sejak sekarang?

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, rencana hidup berdampingan dengan Covid-19 telah lama dicetuskan oleh Singapura.

Akan tetapi, menurut dia, ada pemahaman yang perlu diluruskan terkait rencana yang tengah disusun oleh Singapura itu.

"Ya sebetulnya itu sikap nanti, bukan untuk saat ini. Pada akhirnya (Covid-19) ini kan akan menjadi endemik. Sekarang belum. Belum endemik," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (28/6/2021).

Dicky menegaskan, Covid-19 masih berstatus pandemi, dan dalam waktu dekat status itu masih akan melekat.

Hingga saat ini, menurut dia, belum ada satu negara mana pun yang menyatakan Covid-19 telah bertransformasi menjadi endemik.

"Karena kalau begitu pilihan strateginya, banyak yang meninggal nanti. Banyak yang akan dirawat, dan apalagi sekarang dengan varian Delta, ya nyari mati namanya kalau begitu," ujar Dicky.

Menurut Dicky, wacana hidup berdampingan dengan Covid-19 yang dicetuskan oleh Singapura harus dipahami sebagai sebuah persiapan untuk masa mendatang, bukan untuk saat ini atau dalam waktu dekat.

"Mungkin akhir tahun depan, atau dua tahun lagi. Bukan sekarang yang jelas," kata Dicky.

Baca juga: Klaster Aktif Covid-19 dan Alasan Singapura Kembali Berlakukan Lockdown...


Strategi pengendalian tetap jalan

Dicky mengatakan, hidup berdampingan dengan Covid-19 yang telah menjadi endemik bukan berarti kehidupan akan menjadi lebih "bebas", seperti bebas tidak pakai masker atau bebas berkerumun.

"Namanya berdampingan itu, new normal itu, ya 3T, 5M, vaksinasi, pembatasan-pembatasan. Itu namanya (new normal). Bukan berarti enggak pakai 5M, enggak begitu," ujar Dicky.

Natinya, menurut Dicky, yang dimaksud dengan fase new normal adalah suatu keadaan ketika masyarakat telah terbiasa dengan kehadiran Covid-19, dan dengan demikian secara sadar menerapkan protokol untuk mencegah penularannya.

"Terbiasa memakai masker, terbiasa menjaga jarak, terbiasa untuk (menerapkan) sirkulasi dan ventilasi ruangan yang baik. Kemudian vaksinasi akan terus dilakukan, mungkin tiap tahun. Juga membatasi mobilitas. Itu hal-hal yang disebut dengan berdampingan normal," kata Dicky.

Halaman:

Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Mengenal Mycoplasma, Bakteri yang Disebut Jadi Penyebab Kasus Pneumonia Misterius di China

Mengenal Mycoplasma, Bakteri yang Disebut Jadi Penyebab Kasus Pneumonia Misterius di China

Tren
Jarang Diketahui, Ini 8 Manfaat Rutin Minum Air Rebusan Daun Mangga

Jarang Diketahui, Ini 8 Manfaat Rutin Minum Air Rebusan Daun Mangga

Tren
Link dan Cara Cek Hasil Seleksi Administrasi PLD Kemendesa 2023

Link dan Cara Cek Hasil Seleksi Administrasi PLD Kemendesa 2023

Tren
Sengkarut, Investigasi yang Menguak Sisi Tergelap Manusia

Sengkarut, Investigasi yang Menguak Sisi Tergelap Manusia

Tren
Bisakah Penumpang Kereta Ekonomi Pilih Kursi yang Tidak Hadap Mundur?

Bisakah Penumpang Kereta Ekonomi Pilih Kursi yang Tidak Hadap Mundur?

Tren
Mengenal Negara-negara Transkontinental yang Wilayahnya Ada di Dua atau Lebih Benua

Mengenal Negara-negara Transkontinental yang Wilayahnya Ada di Dua atau Lebih Benua

Tren
Cara Cek Data DTKS Sudah Terdaftar atau Belum agar Dapat Bansos

Cara Cek Data DTKS Sudah Terdaftar atau Belum agar Dapat Bansos

Tren
Fenomena 'Full-Time Children' di China, Anak Muda Pilih Tidak Kerja tapi Digaji Orangtua

Fenomena "Full-Time Children" di China, Anak Muda Pilih Tidak Kerja tapi Digaji Orangtua

Tren
Sebabkan RS Penuh, Ini Dugaan Penyebab Pneumonia Misterius di China

Sebabkan RS Penuh, Ini Dugaan Penyebab Pneumonia Misterius di China

Tren
Ramai soal Standar Ganteng Tergantung Zaman, Sosiolog: Produk Sosial dan Budaya Masyarakat

Ramai soal Standar Ganteng Tergantung Zaman, Sosiolog: Produk Sosial dan Budaya Masyarakat

Tren
Gmail dan Akun Google yang Tak Aktif Akan Dihapus pada 1 Desember 2023

Gmail dan Akun Google yang Tak Aktif Akan Dihapus pada 1 Desember 2023

Tren
Cara Daftar Face Recognition Boarding Kereta Api lewat Aplikasi Access by KAI

Cara Daftar Face Recognition Boarding Kereta Api lewat Aplikasi Access by KAI

Tren
AC atau Kipas Angin, Mana yang Lebih Baik bagi Kesehatan? Ini Risetnya

AC atau Kipas Angin, Mana yang Lebih Baik bagi Kesehatan? Ini Risetnya

Tren
Tidak Dianjurkan Resign Kurang dari Setahun Kerja, Ini Risiko dan Cara Aman Melakukannya

Tidak Dianjurkan Resign Kurang dari Setahun Kerja, Ini Risiko dan Cara Aman Melakukannya

Tren
SWDKLLJ Disebut Bisa Dicairkan hingga Rp 50 Juta, Ini Penjelasan Jasa Raharja

SWDKLLJ Disebut Bisa Dicairkan hingga Rp 50 Juta, Ini Penjelasan Jasa Raharja

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com