"Kerja sama dengan perangkat RT/RW untuk membantu melaporkan mereka yang baru pulang dari luar kota atau tempat wisata," kata dia.
Berikutnya, yang tak kalah penting, menggalakkan kembali edukasi protokol kesehatan di mana pun dan kapan pun.
Sementara itu, Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman juga menyoroti hal yang sama.
Berdasarkan analisisnya, akan ada peningkatan kasus Covid-19 mulai dari akhir Juni hingga awal Juli 2021.
Namun, menurut Dicky, lonjakan jumlah kasus tersebut tidak serta merta terlihat pada laporan harian.
"Itu masalahnya karena kapasitas testing dan tracing kita sangat rendah, sehingga ini berbahaya sekali karena kita jadi kebobolan," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Jumat (28/5/2021).
Menurut Dicky, ledakan kasus seperti yang terjadi di India, patut dijadikan contoh karena juga bermula dari rendahnya testing dan tracing.
"India kebobolan karena kasus-kasus di tengah masyarakat tidak terdeteksi, akhirnya meledak hingga nggak teratasi. Nah ini potensi yang sama ada di Indonesia," kata Dicky.
Oleh karena itu, Dicky berharap, kapasitas testing dan tracing dapat ditingkatkan hingga setidaknya menjangkau pelosok daerah.
Berikutnya, melakukan isolasi dan karantina yang dilakukan secara efektif.
"Jumlah testingnya itu masih jauh banget, baru 3 provinsi yang memenuhi standar minimal yang disebut 1 per 1.000 orang dites per minggu," ujar Dcky.
Ketiga provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Sumatera Barat.
"Itu berdasarkan evaluasi WHO. Daerah lainnya masih jauh dari standar, dan artinya validitas klaim-klaim pengendalian pandemi jadi sangat lemah," kata Dicky.
Baca juga: 15 Provinsi Ini Catat Kenaikan Kasus Aktif Covid-19
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.