Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Data 279 Juta Penduduk yang Diduga Bocor dan Dijual di Forum Online

Kompas.com - 22/05/2021, 14:00 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dugaan kebocoran data 279 juta penduduk masih diselidiki oleh pemerintah.

Lewat sebuah twit yang viral pada Kamis, (20/5/2021), disebutkan data yang bocor dijual ke forum online.

Unggahan itu juga menyebutkan bahwa data tersebut bersumber dari BPJS Kesehatan.

Penjual juga menyertakan tiga tautan berisi sampel data yang bisa diunduh secara gratis.

Data apa saja yang diduga bocor?

Baca juga: Data 279 Juta Penduduk Indonesia Diduga Bocor, Ini Kata Kominfo

Data yang diduga bocor

Pemerhati keamanan siber sekaligus staf Engagement and Learning Specialist di Engage Media Yerry Niko Borang mengatakan, data yang dibocorkan mulai dari nama hingga gaji.

"Yang dibocorkan gratis baru sedikit dan ini hanya sampel buat yang mau bayar," kata Yerry pada Kompas.com, Sabtu (22/5/2021).

Lanjutnya, karena datanya dijual, si penjual memberi sampel sebagai bukti sehingga orang mau membeli.

Berikut ini data yang dimaksud:

  1. Nama
  2. Nomor Induk Kependudukan
  3. Nomor HP
  4. Alamat tinggal
  5. Email
  6. Nomor NPWP
  7. Tempat dan tanggal lahir
  8. Jenis kelamin
  9. Foto diri
  10. Jumlah anggota keluarga
  11. Jumlah gaji
  12. Data Noka (Nomor Kartu)
  13. Kode Kantor
  14. Data Keluarga/Data Tanggungan
  15. Status pembayaran.

Yerry mengatakan penjual data mengklaim mempunyai ratusan juta data. Lalu sampel gratis berisi 1 jutaan data penduduk.

Akan tetapi menurut temuan Kominfo yang disampaikan Jumat (21/5/2021), jumlahnya bukan 1 juta tetapi 100.002 data.

Hingga kini belum diketahui jumlah pasti data yang ada di tangan penjual.

Baca juga: Hasil Investigasi Kominfo dan Update soal Dugaan Kebocoran Data BPJS Kesehatan

Dampak serius pencurian data

Yerry mengungkapkan, konsekuensi dan dampak dari pencurian data penduduk bisa sangat serius, misalnya muncul banyak pemalsuan.

"Karena data-data yang biasanya kita isi secara pribadi untuk keperluan tertentu sudah diketahui entah oleh pihak mana saja," tutur Yerry.

Selain itu, jika data yang bocor adalah password, bisa diganti. Namun, jika yang bocor adalah data pribadi yang melekat seumur hidup, maka akan sangat berbahaya.

"Ini tidak bisa diganti dan akan melekat selamanya," imbuhnya.

Dia mencontohkan dengan adanya data nama lengkap dan foto diri bisa disalahgunakan untuk membuat pinjaman online.

Menurut Yerry, bocornya data penduduk yang diduga dari BPJS Kesehatan termasuk kelalaian operator penyimpan data.

"Dalam RUU Perlindungan Data Pribadi, kelalaian seperti ini bakal ada konsekuensi hukumnya. Ini yang tengah digodok di DPR," ujar Yerry.

Selain itu semestinya kasus kebocoran data diusut tuntas, walaupun RUU tersebut belum ada.

Dia mengatakan masyarakat saat ini hidup di tengah pandemi, sehingga banyak keperluan yang dilakukan tanpa tatap muka.

Selain itu akan banyak keperluan yang dilakukan secara online, seperti pendaftaran di layanan kependudukan, kesehatan, dan sebagainya.

Yerry berharap ke depannya Indonesia bisa meningkatkan sistem keamanan. Tak hanya bereaksi ketika sudah terjadi kasus kebocoran.

 Baca juga: Bahaya Kebocoran Data yang Diduga dari Laman BPJS, Ini Kata Ahli IT

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Penelitian Ungkap Lari Bisa Menyembuhkan Patah Hati, Berapa Durasinya?

Penelitian Ungkap Lari Bisa Menyembuhkan Patah Hati, Berapa Durasinya?

Tren
Nuklir Bisa untuk Obati Kanker Tiroid, Apa Itu, Bagaimana Prosesnya?

Nuklir Bisa untuk Obati Kanker Tiroid, Apa Itu, Bagaimana Prosesnya?

Tren
Penjelasan UI soal UKT yang Mencapai Rp 161 Juta

Penjelasan UI soal UKT yang Mencapai Rp 161 Juta

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Tren
Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com