"Kemudian telepon lagi ada pemerkosaan di Glodok," ujar Ita.
Peristiwa kerusuhan ini juga menyebabkan korban tewas. Menurut TGPF, di Jakarta, korban tewas mencapai 1.190 orang. Mereka tewas akibat terbakar. Sementara 27 orang meninggal karena senjata. Korban luka mencapai 91 orang.
Baca juga: 23 Tahun Tragedi Trisakti: Apa yang Terjadi pada 12 Mei 1998?
Sementara data Polda Metro menyebutkan bahwa 451 orang meninggal. Lalu Kodam Jaya mendata bahwa 463 orang meninggal, termasuk aparat keamanan, dan 69 orang terluka. Sedangkan Pemda DKI menyatakan bahwa 288 orang meninggal dan 101 terluka dalam kerusuhan Mei 1998.
Kerusuhan pecah pada 12 Mei 1998 yang meluluhlantahkan Jakarta dan memicu peristiwa serupa di daerah lain.
Selain penjarahan, pemerkosaan dan pembunuhan, kerusuhan juga menyebabkan sejumlah orang hilang. Berdasarkan data Ikatan Keluarga Orang Hilang (Ikohi) yang dilansir Kompas.com (7/3/2011), sebanyak 4 orang hilang dalam kerusuhan Mei 1998.
Mereka adalah Ucok Muanndar Siahaan, mahasiswa Perbanas, hilang pada 14 Mei 1998); Yadin Muhidin, alumnus Sekolah Pelayaran hilang pada 14 Mei 1998; Hendra Hambali, siswa SMU, hilang pada 15 Mei 1998; dan Abdun Nasser, kontraktor, hilang pada 14 Mei 1998.
Di luar data Ikohi, ada juga orang hilang dalam kerusuhan Mei 1998. Salah satunya adalah Setvanus Sanu.
Dalam wawancara Kompas.com pada 2016 yang dilansir Kompas.com (16/5/2021), ibunda Stevanus, Maria Sanu, mengatakan, anaknya hilang dalam peristiwa kebakaran Yogya Palza, Klender, Jakarta Timur, pada 14 Mei 1998.
Baca juga: Tragedi Kerusuhan Mei 1998, Kisah Pilu Maria Sanu...
Maria mengaku mendapat informasi dari televisi bahwa ada ratusan korban kebakaran yang tidak dapat diidentifikasi dan akan dikuburkan massal. Ia yakin anaknya termasuk ke ratusan korban kebakaran itu.
Namun ketika mendatangi RSCM, Maria tidak bisa menemukan Stevanus karena banyak korban tak bisa dikenali. Ia kemudian melapor ke Polsek Duren Sawit. Namun Stevanus tak juga ditemukan. Akhirnya Maria pun pasrah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.