Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah-kisah Pilu dalam Kerusuhan Mei 1998

Kompas.com - 22/05/2021, 10:03 WIB
Farid Assifa

Editor

"Kemudian telepon lagi ada pemerkosaan di Glodok," ujar Ita.

5. Ribuan orang tewas

Peristiwa kerusuhan ini juga menyebabkan korban tewas. Menurut TGPF, di Jakarta, korban tewas mencapai 1.190 orang. Mereka tewas akibat terbakar. Sementara 27 orang meninggal karena senjata. Korban luka mencapai 91 orang.

Baca juga: 23 Tahun Tragedi Trisakti: Apa yang Terjadi pada 12 Mei 1998?

Sementara data Polda Metro menyebutkan bahwa 451 orang meninggal. Lalu Kodam Jaya mendata bahwa 463 orang meninggal, termasuk aparat keamanan, dan 69 orang terluka. Sedangkan Pemda DKI menyatakan bahwa 288 orang meninggal dan 101 terluka dalam kerusuhan Mei 1998.

6. Belasan orang hilang

Kerusuhan pecah pada 12 Mei 1998 yang meluluhlantahkan Jakarta dan memicu peristiwa serupa di daerah lain.

Selain penjarahan, pemerkosaan dan pembunuhan, kerusuhan juga menyebabkan sejumlah orang hilang. Berdasarkan data Ikatan Keluarga Orang Hilang (Ikohi) yang dilansir Kompas.com (7/3/2011), sebanyak 4 orang hilang dalam kerusuhan Mei 1998.

Mereka adalah Ucok Muanndar Siahaan, mahasiswa Perbanas, hilang pada 14 Mei 1998); Yadin Muhidin, alumnus Sekolah Pelayaran hilang pada 14 Mei 1998; Hendra Hambali, siswa SMU, hilang pada 15 Mei 1998; dan Abdun Nasser, kontraktor, hilang pada 14 Mei 1998.

Di luar data Ikohi, ada juga orang hilang dalam kerusuhan Mei 1998. Salah satunya adalah Setvanus Sanu.

Dalam wawancara Kompas.com pada 2016 yang dilansir Kompas.com (16/5/2021), ibunda Stevanus, Maria Sanu, mengatakan, anaknya hilang dalam peristiwa kebakaran Yogya Palza, Klender, Jakarta Timur, pada 14 Mei 1998.

Baca juga: Tragedi Kerusuhan Mei 1998, Kisah Pilu Maria Sanu...

Maria mengaku mendapat informasi dari televisi bahwa ada ratusan korban kebakaran yang tidak dapat diidentifikasi dan akan dikuburkan massal. Ia yakin anaknya termasuk ke ratusan korban kebakaran itu.

Namun ketika mendatangi RSCM, Maria tidak bisa menemukan Stevanus karena banyak korban tak bisa dikenali. Ia kemudian melapor ke Polsek Duren Sawit. Namun Stevanus tak juga ditemukan. Akhirnya Maria pun pasrah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com