KOMPAS.com - Menurut bentuk fisiknya, buku adalah sekumpulan kertas yang dijilid di salah satu ujungnya dan di dalamnya berisi tulisan, gambar atau tempelan.
Ada beberapa nama lain dari buku. Salah satunya disebut pula dengan nama kitab. Kitab adalah kata serapan dari Bahasa Arab.
Dikutip dari berbagai sumber, sejarah buku memiliki beberapa versi. Ada yang mengatakan bahwa buku lahir di Mesir di masa 2400 sebelum Masehi setelah rakyat Mesir menciptakan kertas papirus.
Namun ada pula yang mengatakan bahwa buku sudah ada sejak zaman Sang Budha di wilayah Kamboja.
Awalnya media buku sangat beragam. Ada yang menulis cerita di selembar daun, ada pula yang menuliskannya di deretan lidi seperti para cendekiawan Tiongkok.
Baca juga: Sejarah Berdirinya Israel
Menurut Burnell, buku dan budaya mendongeng atau story telling lahir dan tumbuh beriringan, saling terkait satu sama lain.
Budaya bercerita atau mendongeng sendiri adalah budaya purba yang mendorong perkembangan bahasa verbal masa kini.
Sejarah dongeng bisa dilihat dari peninggalan purbakala berupa coretan gambar di dinding-dinding gua yang biasanya berupa cerita aktivitas manusia di masa lalu.
Menurut Burnell, keinginan manusia mendokumentasikan hidupnya sudah ada sejak zaman purba. Ini merupakan naluri alami manusia untuk bisa dikenal oleh manusia lain, oleh dunia luar.
Jika dulu dengan cara menggambar di dinding gua, sekarang dengan jalan mengunggah foto dan narasi di kanal media sosial.
Baca juga: Siswa, Ini Sejarah Tempe sebagai Makanan Asli Indonesia
Sebelum kertas papirus ditemukan sekitar 2400 SM, manusia purba pernah menggunakan kulit sapi dan kulit rusa untuk digunakan sebagai media gambar.
Setelah kertas papirus lahir, cerita bergambar pun pindah dari permukaan batu ke permukaan papirus. Teknik ini digunakan beratus-ratus tahun hingga diadaptasi oleh rakyat Yunani dan Romawi.
Sekitar tahun 600 Masehi, lahirlah buku bergambar pertama yang muncul dalam tampilan warna-warni mencolok. Buku ini disebut Iluminated Manuscripts.