Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berharap Situasi Pandemi di Indonesia Tak Seburuk India...

Kompas.com - 10/05/2021, 08:02 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

"Anda bisa lihat, setidaknya perintah menggunakan masker dan berjarak ada di mana-mana, dan kita sering lihat juga ada orang yang mau menegur dengan baik bila seseorang tidak menggunakan masker atau berkerumun," kata dia.

Apa yang masih bisa dilakukan untuk menekan potensi buruk terjadinya penularan virus corona di masyarakat?

Ari mengatakan, yang terpenting adalah sinergi antara aparat dan masyarakat dalam mengawasi pendatang yang masuk ke wilayahnya.

"Saya rasa Jogo Tonggo, sinergi aparat dan masyarakat, harus lebih digalakkan. Setiap pendatang wajib kita catat dan ini tugas RT/RW yang mata-matanya adalah tetangga di sekitar rumah di mana ada pendatangnya. Mereka dilaporkan dan mungkin akan ada tindak lanjutnya," papar Ari.

Ia menyebutkan, untuk menciptakan Indonesia yang terbebas dari pandemi Covid-19, dibutuhkan kontribusi nyata semua pihak

Tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah atau masyarakat saja. 

Sementara itu, saat dihubungi secara terpisah, Epidemiolog dari Griffith University menyebutkan, ada sejumlah hal yang perlu dilakukan untuk menekan potensi buruk yang akan terjadi dari kegiatan mudik ini.

Upaya yang bisa dilakukan adalah peningkatan surveilans baik di rumah sakit maupun masyarakat, penguatan sistem kesehatan (ketersediaan ruang rawat, ICU, pasokan oksigen, APD, sistem rujukan), juga akselerasi vaksinasi terutama bagi kelompok rentan.

"Karena semua itu harus siap kalau dalam situasi terburuk. Ini perlu disiapkan, panik nanti semua, korban jiwa manusia," kata Dicky kepada Kompas.com, Sabtu (8/5/2021).

Terakhir, skema PSBB Jawa-Bali setelah masa Lebaran dan penguatan new normal, salah satunya sistem kerja yang menerapkan WFH (kerja dari rumah).

"Untuk meredam, setidaknya di Jawa-Bali dan kota raya di luar Jawa-Bali yang sudah serius seperti Medan, Sulawesi, atau Kalimantan," ujar dia.

Tiga musuh prioritas

Sementara itu, Dicky menyebutkan, dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, kita memiliki tiga musuh yang masuk dalam jajaran prioritas atau utama.

Pertama, virus itu sendiri beserta varian barunya; kedua adalah infodemik seperti hoaks, teori konspirasi, dan lain sebagainya; terakhir adalah perilaku manusia baik masyarakat maupun pemerintah.

"Perilaku ini harus sama-sama mengoreksi diri, yang benar, sesuai dalam konteks pengendalian pandemi. Bukan hanya masyarakat saja, tapi manusia ini kan ada di masyarakat dan pemerintahan," kata Dicky. 

Ia mengingatkan, jika tingkat kepatuhan masyarakat sudah menurun, maka mobilitas dan interaksi semakin sulit dibendung yang berarti akan memudahkan virus bertransmisi.

"Dampak buruknya tentu ke peningkatan kasus infeksi, peningkatan kesakitan, peningkatan kematian. Itu fakta yang tidak bisa dihindari," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com