Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Beredar informasi di media sosial Facebook yang menyebut peristiwa bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar merupakan bom kendali jarak jauh.
Dalam informasi yang beredar, disebutkan bahwa ledakan bom dipicu oleh kendali jarak jauh alias menggunakan remote.
Dari konfirmasi yang dilakukan Tim Cek Fakta Kompas.com, Kepala Divisi Humas Polri Irjen (Pol) Argo Yuwono menegaskan bahwa informasi itu tidak benar.
Ledakan bom di depan Gereja Katedral Makassar dipastikan sebagai bom bunuh diri.
Dua orang pelaku berboncengan dengan sepeda motor matic, dan berupaya memasuki halaman gereja.
Namun, upaya tersebut dihentikan oleh pihak keamanan gereja, lalu kemudian terjadi ledakan.
Diketahui, informasi tersebut diunggah sebuah akun di media sosial Facebook pada 29 Maret 2021.
Akun tersebut membagikan tangkapan layar percakapan di aplikasi WhatsApp, yang berisi narasi sebagai berikut:
"Sandiwara rezim PKI dg mengorbankan org Islam persi yg terjd di Surabaya Tempo dulu. Korban disuruh antar barang di gereja sebelum masuk gereja BOM diledakkan lewat remot kendali jarak jauh. PKI ingin memframing PD publik bhw Islam teroris. Hati2 jika ada seseorang yg menyuruh kita minta kirimkan barang ke gereja. Bisa didlm barangnya terisi bom kendali jarak jauh jd itu strategi PKI utk menghancurkan islam,"
Kadiv Humas Polri Irjen (Pol) Argo Yuwono menegaskan bahwa informasi yang menyebut bom di Makassar diledakkan melalui remote adalah tidak benar.
"Enggak benar pernyataan tersebut," kata Argo saat dihubungi Kompas.com, Minggu (4/4/2021).
Pihak kepolisian memastikan bahwa ledakan bom di depan Gereja Katedral Makassar merupakan bom bunuh diri.
Diberitakan Kompas.com, Sabtu (3/4/2021), Argo Yuwono menyebutkan, ada dua pelaku yang melakukan aksi bom bunuh diri tersebut.
Kedua pelaku berboncengan dengan sepeda motor matic dengan nomor polisi DT 5984 MD.
Pelaku, lanjut Argo, melancarkan aksinya dengan berusaha memasuki halaman gereja. Namun, upaya tersebut berhasil dihentikan oleh security dari Gereja Katedral Makassar.