Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Divaksin tapi Tetap Terinfeksi? Ini Penjelasan WHO

Kompas.com - 29/03/2021, 11:00 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Direktur Vaksin Imunisasi dan Biologi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Kate O'Brien memaparkan apa yang terjadi jika seseorang telah divaksin dan terinfeksi Covid-19.

Ia menjelaskan bahwa orang yang terinfeksi setelah vaksinasi, maka vaksin akan tetap berfungsi sebagai pendorong antibodi.

Hal itu disampaikannya pada Rabu (20/1/2021), melalui akun Twitter @WHO.

"Kami tentu telah melihat bukti bahwa satu dosis vaksin, terutama pada orang yang pernah menderita penyakit Covid-19, memberikan respons antibodi yang sangat kuat. Dan itu berita bagus," kata Kate.

Berikut penjelasan selengkapnya dari WHO.

Baca juga: Vaksin Astra Zeneca di Sulut Ditunda, Bagaimana Daerah Lainnya?

Rekomendasi WHO

Pada kasus orang yang terinfeksi Covid-19 setelah mendapatkan vaksin, maka vaksin dapat membantu meningkatkan kekebalan.

"Ini menunjukkan bahwa vaksin meningkatkan kekebalan yang telah berkembang sebagai akibat dari penyakit yang mereka derita," ujar Kate.

Adapun yang menjadi catatan, data yang dimiliki WHO masih sangat awal. Hanya ada satu sampai dua studi saja.

WHO juga belum memiliki data setiap vaksin yang digunakan di seluruh dunia.

Beberapa negara juga sudah berusaha mengembangkan vaksinnya masing-masing.

Maka, langkah paling aman yang dapat dilakukan sambil menjalankan vaksinasi adalah mengenakan masker untuk mengurangi risiko penularan.

Baca juga: Umur Berapa Tahu Kidal Singkatan Kiri dari Lahir? Ini Penjelasan Sebenarnya Menurut Ahli Bahasa

Perlindungan dari varian baru

Kate memastikan bahwa vaksin tetap efektif untuk melawan penyakit akibat varian baru.

"Mereka (vaksin) mungkin tidak seefektif dibandingkan dengan non varian, tetapi mereka tetap memiliki efektivitas yang substansial misalnya untuk penyakit," kata dia.

Kata mengatakan, WHO belum memiliki bukti apakah vaksin akan sepenuhnya melindungi atau sama protektifnya terhadap varian yang sekarang ada di berbagai negara.

"Kami tidak memiliki bukti untuk masing-masing vaksin, untuk setiap varian, atau untuk varian yang akan muncul di masa mendatang tentang sejauh mana vaksin tersebut melindungi Anda dari infeksi," terang Kate.

WHO juga belum bisa memastikan durasi perlindungan yang diberikan vaksin.

Namun, Kate yakin vaksin akan memberikan perlindungan optimal terhadap varian-varian virus corona.

"Kami tetap merekomendasikan agar Anda melanjutkan dan mendapatkan kedua dosis vaksin," tuturnya.

Baca juga: Kebakaran Kilang Minyak Balongan, Apa Penyebab dan Dampaknya pada Pasokan BBM?

Vaksin mengurangi keparahan

Lebih lanjut, Kate menyampaikan bahwa vaksin yang saat ini beredar sekarang, benar-benar efektif melawan penyakit terutama mengurangi tingkat keparahan akibat Covid-19.

"Mereka sangat efektif melindungi kita dari penyakit parah dan perawatan di rumah sakit," kata Kate.

Dari bukti awal yang WHO miliki, tampaknya vaksin tidak hanya melindungi dari gejala yang mengembangkan penyakit, tetapi juga mencegah infeksi di saluran pernapasan bagian atas.

Hal ini juga berpengaruh pada berapa lama seseorang terinfeksi. Sehingga menurunkan risiko terkena long covid.

"Dan itu juga terlihat, pada data yang sangat awal, bahwa ketika Anda terinfeksi di saluran pernapasan, Anda mungkin memiliki lebih sedikit virus di saluran pernapasan Anda dibandingkan jika Anda tidak divaksinasi," jelas Kate.

Baca juga: LTMPT Akan Tambah Kapasitas Kursi Pusat UTBK yang Kurang

Tetap jalankan protokol

Setelah mendapat vaksin, semua orang tetap perlu menjalankan protokol kesehatan untuk mengurangi penularan.

"Karena kami berada dalam fase awal penggunaan vaksin ini, orang perlu terus memakai masker dan melanjutkan intervensi lain yang menjaga kami tetap aman dan mengurangi penularan," terang Kate.

Ia juga menjelaskan bahwa WHO belum memiliki data dan bukti, vaksin mana yang paling manjur untuk varian tertentu.

Perlu diketahui bahwa munculnya varian baru dalam sebuah virus adalah hal yang normal dan sudah diprediksi para ahli sebelumnya.

Maka, produsen vaksin pun berusaha mempelajari lebih lanjut dan mencoba membuat vaksin sebaik mungkin melawan berbagai varian.

Meski vaksin bisa melindungi dari varian baru dan jadi pendorong imun bagi yang telah divaksin, Kate mengingatkan bahwa penularan masih bisa terjadi.

"Mereka mungkin melindungi Anda dari penyakit, tetapi Anda kemudian dapat menularkan ke orang lain dan mereka bisa sakit jika mereka tidak divaksinasi," katanya.

Inilah mengapa, penting untuk tetap mengenakan masker meski sudah mendapat vaksinasi Covid-19.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Tren
4 Jenis Alergi Makanan yang Bisa Muncul Saat Dewasa

4 Jenis Alergi Makanan yang Bisa Muncul Saat Dewasa

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com